Ini menjadi fenomena tersendiri di antara entitas yang sama-sama berada dalam embargo AS.
Berikut beberapa penyebabnya:
1. Ekonomi di wilayah Houthi dan dikelola oleh pemerintahan penyelamat buatannya, belum mempunyai proyek skala besar seperti di Iran.
Di Tehran banyak proyek skala besar dibuat seperti kereta metro, pembangunan jalan dan lain sebagainya.
Keompok Houthi yang menguasai Sanaa, tidak sepenuhnya menanggung semua beban sebagai pemerintah karena mereka masih mendorong warga untuk melihat apa yang dilakukan oleh pemerintahan yang sah.
Houthi menempatkan diri sebagai 'penyelamat' sehingga tidak seutuhkan sebagai sebuah pemerintahan.
2. Mwski kena embargo, ekonomi Iran lebih terkoneksi dengan pasar dunia sehingga, tekanan luar menjadi sangat terasa dan membebani ekonomi warga. Begitu juga Suriah dan Lebanon.
Sementara itu, warga tidak berharap banyak kepada pemerintah Houthi untuk melawan tekanan luar. Untuk survive saja rakyat sudah bersukur.
3. Ekonomi pemerintah Houthi dapat disebut mirip dengan Afghanistan, Somalia, Eritrea atau Korea Utara.
Sistem ekonomi mereka yang tertutup baik karena sengaja maupun karena paksaan dunia akan membuat mereka susah untuk maju namun juga agak tidak berimbas jika ekonomi global mengalami krisis.
Hal itu juga mirip jika membandingkan ekonomi Armenia dan Azerbaijan.
Ekonomi Azerbaijan akan sangat terpukul jika dunia mengalami gejolak ekonomi. Sementara ekonomi Armenia yang kurang terkoneksi dengan luar bisa saja tidak akan merasakan jika terjadi krisis global.
Lebih kurang sama dengan Indonesia. Pulau Jawa mempunyai tingkat keterhubungan yang tinggi dengan ekonomi global dibandingkan di luar pulau Jawa.
Papua misalnya tak akan merasakan langsung jika ekonomi global terpukul. Beda dengan Jawa. Namun karena Jawa terpukul maka transfer dana ke luar pulau Jawa otomatis terpengaruh.
0 Response to "Ketika Ekonomi Kelompok Houthi di Yaman Lebih Stabil dari Iran dari Segi Mata Uang"
Post a Comment