Apakah AS akan Kembali Radikalisasi Pengungsi Eks-ISIS untuk Dieksploitasi pada Target Geopolitik Berikutnya?


Banyak pihak yang khawatir dengan kamp-kamp pengungsian ISIS dan beberapa penjara di Suriah dan Irak belakangan ini.

Hal itu mengingat AS kerap melakukan radikalisasi terhadap tahanan yang sudah bagian dari teks buku sejarah penciptaan teror sejak Max Oppeinheim dengan Kamp Halbmondlager di Jerman di PD I.

Bila melihat dari kasus-kasus terorisme belakangan, sebagain besar berasal dari proyek Perang Dingin melawan Uni Soviet walau dari segi modus meniru era Jerman itu.

Melalui kalangan Mujahidin dan Alqaida yang menjadi sekutu AS melawan Uni Soviet di Afghanistan, dilahirkan kembali kelomopok-kelompok lainnya yang pada dasarnya melayani kepentingan AS di oeta geopolitik berikutnya.

https://youtu.be/n0lN40udcJQ

https://youtu.be/rKH8n8_SIx0

Al Shabaab dibentuk usai kekalahan memalukan AS di Mogadishu (Black Hawk Down), ISIS lahir dari wacana politik mengimbangi bangkitnya kekuatan Syiah Irak yang anti penjajahan Amerika dan berikutnya-berikutnya ke Suriah, Libya dan beberapa negara Afrika lainnya.

Saat ini, usai kepunahan ISIS apakah AS akan kembali eksploitasi pengungsi eks ISIS itu untuk perang-perang berikutnya? Adalah pertanyaan yang wajib dijawab.

Bila melihat dari taktik AS mengobok-ngobok negara-negara target memang telihat adanya upaya menjadikan penjara atau kamp sebagai momok menakutkan.

Gambar-gambar penyiksaan tahanan di Abu Ghraib, di Afghanistan, Somalia dan lain sebagainya dinilai sebagai bagian sistematis untuk menciptakan teror kepada warga sekitarnya seperti Arab dan Islam agar mereka dengan mudah dijadikan 'teroris' untuk langkah berikutnya. Meneror untuk menciptakan teroris.

Namun ada sedikit perbedaan dari kamp pengungsi eks ISIS dengan Kamp Bucca yang terkenal sebagai tempat lahir ISIS itu.

Kali ini, semua laki-laki dimasukkan ke penjara dan hanya anak dan istri yang ditahan di kamp pengungsi.

Walau namanya kamp pengungsi, mereka tidak sembarangan boleh keluar sehingga lebih layak disebut dengan kamp tahanan.

Setiap kamp pengungsi itu juga dibedakan antara yang berasal dari luar dengan yang berasal dari Suriah dan Irak.

Bila di Kamp Bucca sebagaimana dilaporkan para tahanan laki-laki diberi keleluasaan untuk berinteraksi dan mandiri, maka di Suriah hanya kaum perempuan dan anak-anak.

Mereka lebih mirip tahanan kota dari pada pengungsi, karena di kamp tersebut telah berubah menjadi seperti desa-desa yang semi mandiri.

Apapun tujuannya, AS dan koalisinya bersama SDF di NES sepertinya juga ingin mengulang pembangunan Kamp Konsentrasi Yahudi di Jerman dan beberapa negara lainnya. Strategi yang sama juga dilakukan Tiongkok saat ini dengan kamp konsentrasi uighurnya.

Bila dengan eksploitasi mujahidin di Afghanistan bermanfaat untuk menghancurkan Irak, dan ekploitasi teroris di Irak berhasil hancurkan Suriah, Libya dll, lalu siapakah target geopolitik AS berikutnya menggunakan penghuni yang tak berdaya ini?

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Apakah AS akan Kembali Radikalisasi Pengungsi Eks-ISIS untuk Dieksploitasi pada Target Geopolitik Berikutnya?"

Post a Comment