Bashar Al Assad Punya Peluang Menang Besar Jika Gabungkan Semua Wilayahnya, Mengapa Egois?

Bashar Al Assad sebenarnya mempunyai peluang menang tinggi jika menggunakan Pilpres 2021 pada 26 Mei lalu sebagai momen untuk menyatukan semua wilayahnya.

Misalnya, Assad mengajak pemerintahan SG, SIG dan SDC untuk ikut pemilu atau pilpres.

Toh saat ini saja Assad menang 95,1 persen sehingga sangat kecil kemungkinan calon dari pemerintahan lainnya menang.

Lalu mengapa tidak dilakukan?

Alasan pertama adalah Assad memang tidak ingin atau setidaknya belum punya kemauan untuk menguasai atau berdamai ke semua lawan-lawannya.

Saat ini saja dengan penguasaan 70 persen wilayah, Assad belum mampu melakukan rekonstruksi di semua kota-kota yang sudah dikuasai seperti Hama, Homs, Kota Aleppo Timur dan lain sebagainya.

Butuh dana besar jika semua wilayah tiba-tiba disatukan. 

Assad juga menghindari rekonsiliasi karena itu akan mengharuskan pemerintah merogoh kocek mengganti semua kerusakan yang terjadi dalam 10 tahun konflik.

Irak saja yang jauh lebih kaya dari SDA, sampai sekarang belum bisa membangun kembali Mosul. 90 persen kota Mosul masih hancur berantakan.

Apalagi rekonsiliasi di Daraa dengan FSA bagian selatan tidak berlangsung dengan aman.

Meski pasukan FSA oposisi telah disatukan ke Korps Kelima militer Suriah, namun situasi lapangan masih belum  memungkinkan karena dendam dan upaya saling bunuh masih terjadi di lingkungan militer menarget eks oposisi yang rekonsiliasi tersebut.

Kemungkinan berikutnya adalah, Assad sudah cukup puas dengan penguasaan 70 persen wilayah walau 70 persen cadangan migasnya dikuasai SDF.

Bagi Assad membangun apa yang sudah dimiliki sambil menyicil utang ke Rusia dan Iran akan menjadi prioritas saat ini. 

Toh dia tak perlu memikirkan nasib rakyatnya yang mayoritas pengungsi di bagian utara karena sudah menjadi beban pemerintahan SIG/SNC oposisi Suriah.

Dia juga tak perlu bangun kembali kota Idlib yang berantakan karena sudah dikuasai oleh pemerintahan SG.

Untuk SDC/AANES/SDF juga Assad tak perlu kuatir kelompok tersebut dikendalikan oleh AS dan koalisi.

Toh sebelumnya Suriah dan AS pernah kongkalingkong di Lebanon. Saat itu ayahnya Hafez Al Assad berkolusi dengan AS untuk menguasai Lebanon sebagai gantinya Suriah mendukung AS gempur Saddam Husein di Irak.

Cara yang dilakukan Assad ini bukan sesuatu yang baru. 

Saat Israel menguasai Golan yang kaya minyak dan gas, Assad senior dan junior juga tidak berusaha menguasainya kembali baik dengan cara damai maupun militer kecuali kritikan di ranah PBB.

Alasan berikutnya adalah syarat yang dikemukakan oposisi cukup tinggi.

Pemerintahan SG dan SIG menginginkan perdamaian akan terjadi hanya jika Assad lengser atau tidak lagi ikut pemilu.

Hal itu sangat sulit diterima karena belum ada sosok yang bisa satukan Suriah seperti Assad. 

Bukan hanya di antara semua kelompok Suriah tapi di dalam kekuatan Syiah Alawi yang menguasai segala posisi penting di Suriah juga hanya mengandalkan Assad sebagai penyatu.

Orang-orang Syiah di pemerintahan Assad tak akan mau berbagi kekuasaan dan jabatan dengan kelompok Sunni walau mayoritas kecuali beberapa kursi yang sudah dibatasi.

Syarat dari SDC/AANES/SDF juga sangat sulit dipenuhi oleh Assad. Mereka ingin klaim otonomi sepihak AANES diakui Assad baru berdamai. Tak masalah siapapun presidennya.

Adsad ingin SDC mengembalikan terlebih dahulu Raqqa dan Deir Ezzour baru pembicaraan damai dimulai. SDC menolak mengembalikan jika Assad tak akui terlebih dahulu sehingga perundingan tak ada kelanjutan.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Bashar Al Assad Punya Peluang Menang Besar Jika Gabungkan Semua Wilayahnya, Mengapa Egois?"

Post a Comment