Tak Yakin Dana Negara di Luar Negeri Dapat Dicairkan, Pemerintahan Taliban di Afghanistan Andalkan Swasembada Ekonomi

Pemerintahan Aghanistan yang baru di bawah Taliban disebut akan mengandalkan swasembada ekonomi dalam beberapa waktu ke depan menyusul belum adanya tanda-tanda dana negara di luar negeri dapat dicairkan.

Kemandirian ekonomi menjadi solusi di mana ekonomi Afghanistan mirip dengan kondisi ekonomi sebuah negara yang sedang ditimpa bencana atau dalam kondisi perang.

Teori dan hukum ekonomi sangat berbeda dalam kondisi normal dengan kondisi perang.

AS mengalami pelonjakan ekonomi yang cukup tinggi saat perang dunia kedua namun langsung mengalami resesi saat PD II berakhir dengan kemenangan AS dan koalisi usai meledakkan bom atom Hiroshima dan Nagasaki.

Jika Afghanistan terus ditekan AS dkk yang juga telah memblokir dana Afghanistan di IMF, maka potensi FDI tidak menjadi prioritas meski Tiongkok dan Rusia sudah mengungkapkan minat untuk investasi di bidang pertahanan.

Turki juga sedang berupaya menjalin komunikasi dengan pemerintahan Afghanistan untuk investasi di sektor infrastruktur dan modernisasi bandara.

Salah satu andalan Afghanistan adalah bea masuk karena negaranya berada di persimpangan jalan.

Produk Tiongkok dapat masuk melalui Afghanistan menuju Iran, Turkmenistan dan negara lainnya yang tidak berbatasan dengan Tiongkok.

Termasuki pipa gas TAPI dan lain sebagainya.

Negara ini juga harus mengembalikan kejayaan masa lalu di bidang tekstil seraya memperkuat sektor pertanian, farmasi dan lain sebagainya yang menjadi dasar hidup masyarakat umum.

Baru-baru ini pemerintahan Taliban sudah berhasil mengaktifkan kembali bandara Mazar-i-Sharif dan beberapa proyek pembangunan DAM dan pembangunan jalan.

Jika ekonomi normal, maka Afghanistan seharusnya bisa mengakses dana dari IMF dan bank dunia.

Namun dalam kondisi 'transisi' sekarang peluang dana tersebut dapat dianggap tertutup termasuk dana dari bank pembangunan Asia dari Tiongkok.

Afghanistan harus meniru ekonomi Turki yang minim SDA namun dapat mengandalkan kemandirian ekonominya.

Pembangunan infrastruktur hanya akan bersumber dari APBN yang dikelola dengan hemat jika pilihan pemasukan pajak menjadi lebih sedikit.

Beda dengan Iran yang terlanjur mempunyai infrastruktur perminyakan, namun diembargo, maka Afghanistan justru tidak diberatkan dengan perawatan infrastruktur untuk orientasi ekspor yang hanya akan menjadi beban negara.

Satu lagi tantangan Afghanistan adalah eksodusnya kalangan diaspora ke luar negeri.

Dalam pembangunan di 20 tahun terakhir, memang yang menguasai ekonomi Afghanistan adalah kalangan diaspora Afghan eks pengungsi dari luar negeri yang diprioritaskan oleh Ashraf Ghani menguasai posisi kunci penting di berbagai sektor sampai ke pedesaan.

Mereka inilah yang mengungsi atau kembali ke rumah mereka di luar negeri usai Taliban berkuasa.

Untuk mengatasi krisis SDM Afghanistan, baru-baru ini, beberapa universitas di Pakistan telah membuka beasiswa 100 orang bagi pemuda Afghan per universitas untuk segera mengisi kembali posisi yang ditinggalkan para diaspora tersebut.

Pengungsi Afghanistan di Pakistan juga dapat menjadi andalan pemerintahan yang baru untuk kembali ke dalam negeri membangun ekonomi. Mereka ini terpinggirkan dalam dua dekade karena  keistimewaan yang diberikan kepada pengungsi dari luar Pakistan.




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tak Yakin Dana Negara di Luar Negeri Dapat Dicairkan, Pemerintahan Taliban di Afghanistan Andalkan Swasembada Ekonomi"

Post a Comment