Konflik Timur Tengah yang dimulai dari Revolusi Musim Semi Arab, membuka tabir lain yang membuat banyak pihak tercengang.
Betapa negara yang lalai dalam merawat dan meremajakan alutsistanya menjadi bulan-bulanan politik luar yang membuat kacau balau.
Di Suriah misalnya, jika Rusia tidak membantu, kelihatan angkatan udara setempta kewalahan mengoperasikan kembali Mig-21 yang sudah usang dan sering jatuh.
Mungkin ada yang membuat alasan, hal itu terjadi karena embargo. Namun, jika seandainya saja mereka bisa mereka ulang dan memproduksi spare oartnya sebagai mana Tiongkok menciptakan JL-9 dari Mig-21, maka konflik Suriah tidak akan berlarut-larut.
Walau begitu, Suriah masih mampu merawat kemampuan rudal menangkis udaranya dengan baik, sehingga kondisinya mereka tidak terlalu parah dibandingkan dengan Libya.
Libya malah hampir bergantung 100 persen dengan dukungan luar karena kelalaian merawat alutsistan. Belakangan mereka mulai lagi memodernisasi walau sudah sangat terlambat. Beberapa pesawat bahkan sudah teronggok lama di gudang.
Beberapa uji coba yang dilakukan LNA malah menjadi bahan tertawaan publik saat beberapa sistem pemandunya sudah mulai tidak akurat.
Belakangan disebut, mulai direhab kembali S-200 yang sudah tersimpan lama di gudang. Tapi tetap tidak cukup waktu untuk membuatnya tepat sasaran.
0 Response to "Pelajaran Konflik Timur Tengah, Betapa Sangat Penting Pemeliharaan Alutsista"
Post a Comment