Tentu, semua pihak baik itu Iran, Turki, Rusia, Koalisi AS dengan Eropa, Koalisi AS dengan negara-negara Arab dll merasa menang dan sukses termasuk rejim Bashar Al Assad, oposisi, dll.
Tentu ISIS tidak bisa mengklaim kemenangan karena faktanya Raqqa sudah dikuasai SDF dengan koalisi AS nya.
Media-media barat yang optimis dengan kemenangan dan keuntungan AS dari konflik Suriah yakin bahwa Turkilah pihak yang kalah atau the Loser.
Dengan menciptakaj ISIS saja, sebagaimana diakui oleh Hillary Clinton, Donald Trump dan Edward Snowden, Pentagon telah bisa membalikkan situasi.
Perlu diingat bahwa sebelum 2011, AS dn koalisi masih dihantui oleh kekejaman dan jumlah warga Irak yang tewas sejak menumbangkan Saddam Husein.
Mereka harus meninggalkan AS paling lambat tahun 2011. Dan Presiden Barack Obama memang menarik hampir semua pasukan dari Irak.
Operasi intelijen CIA untuk 'mengkaryakan' eks tahanan Camp Bucca telah sukses menciptakan ISIS untuk menghancurkan Irak dan Suriah tapi juga menjadi alternatif lain dari kelompok teror buatannya Alqaeda.
Lebih dari itu, penarikan pasukan AS akhirnya seperti dibatalkan ketika pemerintah Irak di Baghdad akhirnya memintak kembali pasukan AS untuk berhenti keluar dari Irak dan membantu militer Irak lawan ISIS.
AS dan koalisi Eropa cukup pintar menyetujui permintaan tersebut namun tetap membiarkan ISIS dengan cepat merengsek ke Suriah sehingga operasi anti ISIS tersebut akn dapat dilakukan sampai ke Suriah.
Memang AS sudah mempunyai 'operasi rahasia' bersama sejumlah negara Timur Tengah seperti Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dll untuk membantu pasukan oposisi FSA menjadi penyeimbang Bashar Al Assad.
Namun walaupun FSA sudah menguasai 70 persen wilayah Suriah, namun tetap gagal mencari format kepemimpinan militer dan sipil yang terpusat. Perang antar faksi FSA semakin sering terjadi sehingga skenario Mujahidin Afghanistan yang berhasil usir Uni Soviet menjadi terulang.
Pemerintahan baru yang dibentuk oposisi tidak pernah kuat sehingga 'berbagai pihak' mulai mempersenjatai Taliban anak-anak para pengungsi untuk mempersatukan.
AS sepertinya tidak ingin lagi mempersatukan FSA cukup digantikan oleh ISIS yang nanti pada waktunya ISIS baru dibubarkan.
Bashar Al Assad sepertinya mengerti denggan strategi ini dan mulai memasukkan orang-orangnya menginfliltrasi ISIS bahkan miliarder Kristen George Haswani pro Assad yang mempunyai paspor Rusia bertindak menjadi calo minyak dari ISIS ke rejim.
ISIS menguasai hampir seluruh instalasi minyak Suriah yang direbut dari FSA.
Rejim yang makin terpuruk dan hanya bersisa kuasai 20 persen wilayah Suriah mulai menghabisi FSA yang sudah lelah dengan senjata Kimia.
Kini, rejim berhasil kembali rebut wilayahnya dari ISIS yang sebelumnya direbut ISIS dari FSA.
Assad merasa menang karena kuasa 60 persen wilayah Suriah namun hanya miliki 15-20 persen cadangan migas Suriah.
Sisanya 70 persen lagi diberikan oleh ISIS ke AS melalui SDF saat mengundurkan diri dari Raqqa dan wilayah lainnya menuju padang pasir.
Inilah yang membuat pendukung AS merasa menang karena bisa kuasai sepertiga Suriah bersama koalisi Eropa.
Lalu bagaimana dengan koalisi AS bersama negara-negara Timteng? Justru itu, Yordania, Arab Saudi, UAE tidak mendapat apa-apa karena kelompok oposisi yang mereka kuasai malah kini sudah bubar. Beberapa di Daraa malah akhirnya bergabung dengan rejim.
Yordania malah rugi besar karena harus menampung 1 juta lebih pengungsi. Walau begitu pasukan oposisi yang didukungnya di Al Tanf dekat Al Rukban masih mempunyai wilayah tapi hanya padang tandus dan kamp pengungsi.
UAE akhirnya membuka kembali kedutaannya di Damaskus. Sementara untuk menghibur Arab Saudi, AS mengajak untuk mendapat proyek rekonstruksi di wilayah SDF. Tawaran yang hanya bisa diterima secara diam-diam karena SDF sebenarnya dikontrol YPG kelompok PKK teroris Turki di Suriah.
Sausi tentunya akan berusaha menghindar dimanfaatkan untuk membesarkan kelompok teroris yang selama ini loyalitasnyan hanya kepasa AS dan Israel.
FSA sendiri dapat disebut sebagai pihak yang paling dirugikan. Nyaris hilang karena mereka juga harus berlawanan dengan HTS menguasai Idlib.
Untung pasukan Turkmen di utara Suriah yang didukung Turki masih memiliki wilayah. Sehingga di utara Suriah tersebut didirikan pemerintahan SIG dengan PM seorang Turkmen dan berada di bawah organisasi oposisi SNC/SOC yang dipimpin orang Arab Suriah Nasr Al Hariri yang masih sepupu dari Saad Al Hariri PM Lebanon.
0 Response to "Siapa yang Paling Diuntungkan dan Dirugikan dengan Konflik di Suriah"
Post a Comment