Sebagaimana dilaporkan, kelompok Houthi menembakkan dua drone menuju pangkalan minyak dekat ibukota Al Mukalla beberapa waktu lalu.
Mayjen At Tamimi mengatakan pihaknya bisa menembak jatuh drone tersebut. Sementara pihak Houthi menyebut bahwa serangan drone nya hanya peringatan agar pihak asing tidak membeli minyak dari yang dianggapnya pemerintahan yang tidak sah.
Kelompok Houthi menganggap pemerintahan Aden yang diakui internasional tidak berhak menjual minyak sementara sebaliknya pemerintahan Aden menganggap Houthi sebagai pemberontak tidak berhak mengatur kebijakan pemerintah.
Karir militer Mayjen At Tamimi pernah mandeg usai peristiwa perang sipil 1994.
Saat itu, wakil presiden ingin kembali mendirikan negara Yaman Selatan karena melihat persatuan dengan utara kurang berhasil dan tidak bermanfaat bagi selatan.
Yaman Utara dan Selatan menyatukan diri menjadi negara pada 1990, empat tahun sebelumnya.
Namun pasukan utara yang saat itu dipimpin oleh Jenderal Mansour Hadi berhasil menumpas pasukan selatan. Uniknya Hadi kemudian menjadi presiden Yaman dan terusir tahun 2014 dari Sanaa oleh pemberontak Houthi.
Mayjen At Tamimi kemudian mengungsi ke Mesir dan melanjutkan studinya di bidang kemiliteran.
Pada saat Hadi berusaha untuk kembali membangun militer usai kocar-kacir dihantam Houthi, banyak pentolan militer eks selatan yang bergabung kembali.
At Tamimi dianggap pilihan dari pemerintahan de facto (STC) Yaman Selatan untuk menggantikan Mayjen Farag Al Bahsani yang diangkat menjadi anggota dewan presidium (PLC) yang diketuai Presiden Rashad Al Alimi.
Presiden Al Alimi sebentar lagi akan berkunjung ke Hadramout sehingga dapat disebut bahwa serangan drone Houthi tidak saja untuk meneror kapal asing pengangkut minyak tapi juga untuk menggagalkan kunjungan Al Alimi.
Mayjen Farag Al Bahsani pernah didaulat oleh milisi di Hadramout sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata Hadramout untuk menyindir posisi presiden STC Mayjen Aidarous Al Zubaidi sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata Yaman Selatan. Keduanya merupakan anggota PLC.
Dalam perkembangan wacananya, STC mendirikan pemerintahan de facto di Yaman Selatan untuk mengimbangi kelompok Houthi yang menduduki bekas wilayah Yaman Utara.
Para politisi di Hadramout juga tidak kalah untuk menyatakan bahwa jika Yaman Selatan berdiri, maka Hadramout akan memilih juga untuk memerdekakan diri.
Pada era Inggris, Yaman Selatan terdiri dari dua negara yakni Uni Emirat Arabia Selatan yang terdiri dari sekitar 20 negara bagian dan yang kedua Negara Konfederasi Hadramout yang terdiri dari sekitar enam negara bagian di antaranya Kesultanan Al Quaiti, Negara Al Katiri dan lain sebagainya.
Walau begitu kedua negara ini mempunyai ibukota bersama di Aden.
Tidak berhenti sampai di situ, berdirinya negara Hadramout kelak juga bukan tanpa halangan. Eks keluarga Kesultanan Al Mahra juga mendeklarasikan bahwa jika Hadramout berdiri sebagai negara maka Al Mahra juga akan memerdekakan diri.
Al Mahra dulunya menjadi negara bagian dari Konfederasi Hadramout dan kini menjadi porvinsi sendiri. Bahkan pulau Socotra yang menjadi bagian dari Al Mahra kini telah menjadi provinsi terpisah.
0 Response to "Pangdam II Hadramout Mayjen Al Tamimi Yakin Bisa Lindungi Rakyat Yaman dari Serangan Houthi"
Post a Comment