Dinamika Sosial Budaya Druze Warnai Politik Suriah

Situasi di Suriah kembali memanas dengan munculnya berbagai manuver politik dan militer yang melibatkan faksi-faksi lokal dan kekuatan asing. 

Sebuah video yang beredar luas menunjukkan seorang milisi Druze yang tergabung dalam Dewan Militer Suwayda secara terbuka menyatakan kesetiaan mereka kepada Israel. Pernyataan ini ditujukan kepada tokoh-tokoh keagamaan, masyarakat Israel, dan komunitas Druze di wilayah Galilea, Carmel, Golan, dan Kisra.

Pernyataan kesetiaan ini memicu berbagai spekulasi dan kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik di wilayah tersebut. Di saat yang sama, Administrasi Otonomi Kurdi (NES) di bawah SDF yang berkuasa di Timur Suriah juga menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap gerakan di Al-Suwayda. Mereka secara terbuka menyatakan dukungan terhadap aspirasi pemuda Suriah dan mengisyaratkan keinginan untuk memperluas pengaruh mereka di wilayah tersebut.

Sejak didirikan pada tahun 2014, Administrasi Otonomi Kurdi memang aktif mempromosikan model pemerintahan desentralisasi dan menyerukan agar model ini diterapkan di wilayah lain di Suriah. Kedatangan tokoh-tokoh Kurdi di Al-Suwayda, yang bertepatan dengan kontak antara anggota Kongres AS dan tokoh-tokoh Kurdi, semakin memperkuat dugaan adanya agenda Kurdi yang didukung oleh Amerika Serikat untuk menghidupkan kembali proyek federal di Suriah.

Meskipun mendapat penolakan dari sebagian pihak di Al-Suwayda, kehadiran agenda Amerika di wilayah tersebut tidak dapat diabaikan. Di tengah kekacauan yang melanda Suriah, berbagai kekuatan asing terus berupaya untuk memperluas pengaruh mereka.

Sementara itu, SDF Kurdi juga mengambil langkah-langkah strategis untuk memperkuat posisi mereka di wilayah selatan Suriah. Mereka memulai koordinasi intensif dengan mantan personel militer dari tentara yang dibubarkan di As-Suwayda untuk membentuk faksi-faksi baru.

Langkah ini bertujuan untuk memobilisasi dukungan bagi tuntutan SDF Kurdi akan sistem federal non-terpusat di Suriah.

Pembentukan faksi baru yang dipimpin oleh Kolonel Tariq Al-Shoufi ini diduga merupakan upaya untuk meniru model SDF Kurdi dalam membentuk dewan-dewan lokal di wilayah yang mereka kuasai.

SDF Kurdi juga memberikan dukungan finansial kepada anggota faksi baru, dengan alokasi dana sebesar $200 untuk setiap anggota. Selain itu, mereka juga berupaya untuk membentuk faksi militer Alawi yang terdiri dari 30.000 anggota, yang sebagian besar berasal dari eks Garda Republik, intelijen, dan Divisi ke-4, untuk ditempatkan di wilayah pantai Suriah.

Perkembangan ini terjadi bersamaan dengan intervensi Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat, untuk memecah belah Suriah dengan preteks mempromosikan sistem federal non-terpusat di Suriah.

Upaya ini dikhawatirkan dapat mengarah pada fragmentasi wilayah Suriah menjadi beberapa entitas yang lebih kecil.

Di tengah kompleksitas situasi ini, faksi-faksi bersenjata di As-Suwayda juga mengalami dinamika internal yang signifikan. Gerakan "Rijal al-Karama", yang didirikan oleh Sheikh Wahid al-Balous pada tahun 2013, memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah tersebut.

Gerakan ini melindungi warga dari wajib militer dan menentang rezim pemerintah hingga Sheikh Wahid al-Balous terbunuh pada tahun 2015. Setelah kematiannya, gerakan ini mengalami perpecahan dan memunculkan faksi "Sheikh al-Karama".

"Rijal al-Karama" terus aktif menekan rejim Bashar Al Assad untuk membebaskan tahanan dan memerangi kelompok-kelompok kriminal. Anggota gerakan ini tidak menerima gaji dan mengandalkan bantuan dari sumber-sumber non-pemerintah.

Gerakan "Rijal al-Karama" yang merupakan faksi lokal terbesar, baru-baru ini mengumumkan kesiapan mereka untuk bergabung dengan Tentara Suriah baru di bawah Kementeri Pertahanan Pemerintahan Presiden Ahmad Al Sharaa.

Langkah ini menunjukkan adanya perubahan dinamika politik di wilayah tersebut, apalagi Damascus dan SDF Kurdi sudah sepakat penggabungkan lembaga SDF ke dalam institusi negara.

Situasi di Suriah terus berkembang dengan cepat dan kompleks. Manuver politik dan militer yang dilakukan oleh berbagai faksi lokal dan kekuatan asing menunjukkan bahwa konflik di negara ini masih jauh dari kata usai.

Di tempat terpisah, pemimpin Druze Lebanon meminta Druze Suriah waspada dengan proyek pecah belah Israel di Suriah.

Walid Jumblatt, pemimpin Druze di Lebanon, memberikan pidato peringatan di makam ayahnya, Kamal Jumblatt, yang dibunuh pada tahun 1977. Pidato ini disampaikan di hadapan ribuan pengikutnya yang berkumpul untuk memperingati 46 tahun sejak pembunuhan tersebut.

Jumblatt memulai pidatonya dengan mengumumkan bahwa pemerintah baru Suriah di bawah Ahmad Al-Shara telah menangkap orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan ayahnya. Dia menyatakan bahwa penangkapan ini menandai akhir dari tradisi impunitas dan merupakan kemenangan bagi keadilan sejarah.

Jumblatt juga memperingatkan terhadap upaya pihak luar untuk menjebak warga Suriah dalam sukuisme untuk memecah Suriah

Dia menyindir proyek "aliansi minoritas" di Suriah melawan pemerintahan baru yang didukung Israel, dulu proyek serupa ditentang oleh ayahnya.

Jumblatt mengakhiri pidatonya dengan menyerukan persatuan dan persaudaraan di antara semua orang Lebanon. Dia mengatakan bahwa hanya dengan bekerja sama, Lebanon dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi semua warganya.

Pidato Jumblatt disambut dengan tepuk tangan meriah dari para pengikutnya. Banyak yang melihatnya sebagai tanda harapan bahwa keadilan akhirnya akan ditegakkan untuk pembunuhan ayahnya.

Peringatan Kematian Kamal Jumblatt
Kematian Kamal Jumblatt pada tahun 1977 merupakan momen besar bagi komunitas Druze di Lebanon. Dia adalah seorang pemimpin yang karismatik dan visioner yang memperjuangkan hak-hak minoritas dan persatuan nasional.

Pembunuhannya masih menjadi misteri hingga saat ini, meskipun ada banyak spekulasi tentang siapa yang bertanggung jawab.

Peringatan kematian Jumblatt telah menjadi tradisi tahunan bagi komunitas Druze. Acara peringatan ini biasanya diadakan di makamnya di Mukhtara, sebuah desa di Lebanon selatan. Acara ini dihadiri oleh ribuan orang, termasuk tokoh-tokoh politik dan agama.

Tahun ini, peringatan kematian Jumblatt memiliki makna khusus karena pemerintah baru Suriah di bawah Ahmad Al-Shara telah menangkap terduga orang yang bertanggung jawab atas pembunuhannya. 

Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Lebanon bahwa seseorang telah dihukum karena pembunuhan seorang pemimpin politik.

Penangkapan ini telah memberikan harapan baru kepada komunitas Druze bahwa keadilan akhirnya akan ditegakkan.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Dinamika Sosial Budaya Druze Warnai Politik Suriah"

Post a Comment