Duka Mendalam Komunitas Druze: Identitas Muslim Mereka Diusik Israel

Di tengah kompleksitas identitas keagamaan di Timur Tengah, komunitas Druze di Israel merasa terpinggirkan dan diusik oleh kebijakan negara. 

Mereka, yang meyakini diri sebagai bagian dari umat Islam, merasakan luka mendalam akibat pengakuan Israel terhadap mereka sebagai agama terpisah pada tahun 1957. 

Kebijakan ini dianggap sebagai intervensi yang merampas hak mereka untuk menentukan identitas agama mereka sendiri.

Bagi banyak Druze, keyakinan mereka berakar kuat dalam ajaran Islam, khususnya dari cabang Syiah Ismailiyah.

Mereka memegang teguh prinsip-prinsip tauhid dan nilai-nilai luhur Islam. Namun, pengakuan negara telah menciptakan dilema identitas yang menyakitkan, seolah-olah mereka dipaksa untuk memilih antara keyakinan dan kewarganegaraan.

Perpecahan dalam komunitas Druze menjadi bukti nyata dari dampak kebijakan ini. Ada yang menerima status baru tersebut, ada yang tetap teguh pada keyakinan Islam mereka, dan ada pula yang merasa kebingungan. Hal ini menciptakan ketegangan sosial dan memecah belah komunitas yang sebelumnya solid.

Kekecewaan juga dirasakan terhadap beberapa tokoh agama yang dianggap mendukung pemisahan ini. Mereka dianggap lebih mengutamakan kepentingan politik daripada persatuan umat Islam, sehingga menambah rasa terasing di kalangan Druze yang merasa sebagai Muslim.


Komunitas Druze yang merasa sebagai Muslim ini menegaskan bahwa mereka bukanlah alat politik. Mereka adalah individu dengan keyakinan yang harus dihormati. Mereka ingin hidup berdampingan dengan komunitas agama lain di Israel, tetapi dengan identitas mereka yang diakui.

Mereka menyerukan dialog dan pemahaman antaragama sebagai solusi, bukan pemisahan yang dipaksakan.

Mereka berharap negara akan menghormati hak mereka untuk menentukan identitas agama sendiri.

Perjuangan mereka adalah tentang hak asasi manusia, tentang kebebasan berkeyakinan, dan tentang pengakuan identitas. Mereka ingin masa depan di mana anak-anak mereka tumbuh dalam lingkungan yang toleran dan inklusif.

Mereka meyakini bahwa Tuhan adalah satu, dan semua manusia adalah ciptaan-Nya. Mereka berharap suatu hari nanti, semua orang akan hidup dalam damai dan harmoni, tanpa paksaan dan intervensi.

Mereka akan terus menyuarakan aspirasi mereka, dengan harapan suara mereka didengar dan identitas mereka diakui. Mereka berpegang pada keyakinan, "Lakum dinukum waliya din" (Bagimu agamamu, bagiku agamaku), dan berharap prinsip ini dihormati oleh semua pihak.

Dibuat oleh AI

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Duka Mendalam Komunitas Druze: Identitas Muslim Mereka Diusik Israel"

Post a Comment