Featured post

Harian Asia Raya Memberitakan Janji Jepang untuk Kemerdekaan Indonesia, 1944

ASIA - RAYA ||   Waktu: September 1944 Tempat: Tokoh: Peristiwa: Harian Asia Raya terbitan 8 September 2604 (=1944) memberitakan janji...

Krisis Sweida, Melihat Kekuatan Druze Pro Israel di Suriah


Sweida, Suriah – Permasalahan yang terjadi saat ini di Suriah ketika kelompok Druze pro Israel 'pamer kekuatan' dimulai dengan munculnya Dewa Militer lokal Sweida.

Pembentukan dewan yang diumumkan pada tanggal 8 Desember 2024 lalu itu bertepatan dengan momen yang disebut-sebut sebagai jatuhnya rezim yang berkuasa, menandai potensi perubahan signifikan dalam peta kekuasaan di negara yang dilanda konflik berkepanjangan ini.

Dewan Militer Sweida lahir dari sinergi dua kekuatan politik utama yang memiliki visi berbeda namun tampaknya bersatu dalam tujuan tertentu. Arus Suriah Federal, sebuah gerakan politik yang dipimpin oleh Tareq Al-Shoufi, kini memegang tampuk kepemimpinan dewan yang baru terbentuk ini. Al-Shoufi sendiri dikenal sebagai tokoh sentral dalam arus federalis Suriah.

Di sisi lain, pembentukan Dewan Militer ini juga mendapatkan sambutan hangat dan dukungan eksplisit dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF), sebuah aliansi militer yang didominasi oleh Kurdi dan juga memiliki ambisi yang sama.

Dukungan SDF terhadap dewan ini tidak hanya bersifat simbolis, melainkan juga mengartikulasikan harapan akan terbentuknya pemerintahan mandiri di wilayah Sweida, sebuah gagasan yang sejalan dengan aspirasi otonomi yang lebih luas di berbagai wilayah Suriah, dan masih dalam agenda kolonialisme Greater Israel yang dijalankan melalui mossad.

Lebih jauh lagi, tersirat adanya indikasi 'dukungan aktor hegemon' terhadap pembentukan Dewan Militer Sweida. Meskipun rincian mengenai dukungan ini belum diungkapkan secara gamblang, keberadaannya dapat menjadi faktor signifikan dalam menentukan legitimasi dan keberlanjutan dewan ini di tengah lanskap politik regional yang kompleks.

Pada awal kemunculannya, Dewan Militer Sweida tidak serta merta mendapatkan dukungan bulat dari seluruh elemen masyarakat setempat. Tiga tokoh agama terkemuka atau syekh utama di Sweida dilaporkan menunjukkan sikap kurang mendukung terhadap inisiatif pembentukan dewan militer ini. Namun, Dewan Militer dengan cepat merespons dinamika ini dengan mengeluarkan pernyataan publik yang menegaskan dukungan penuh mereka terhadap segala keputusan dan pernyataan yang dikeluarkan oleh Syekh Hikmat Al-Hijri, salah satu tokoh syekh yang berpengaruh, terutama terkait dengan posisinya terhadap pemerintah pusat di Damaskus.

Langkah ini diyakini sebagai upaya untuk merangkul dan mendapatkan legitimasi dari para pemimpin spiritual dan komunitas Druze yang dominan di wilayah Sweida.

Dewan Militer Sweida kini dipimpin oleh dua tokoh kunci dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda. Tareq Al-Shoufi, sang ketua, adalah seorang mantan perwira militer yang membelot dari angkatan bersenjata pada tahun 2015. 

Pengalamannya di dalam tubuh militer diyakini menjadi aset penting dalam memimpin sebuah dewan militer.

Tokoh sentral lainnya adalah Samer Al-Sha'rani, yang memiliki rekam jejak kontroversial. Al-Sha'rani dilaporkan pernah menjadi perwira di bawah rezim Assad hingga saat kejatuhannya. Lebih jauh lagi, ia diduga kuat terlibat dalam pengeboman kota Aleppo menggunakan rudal Scud, sebuah tindakan yang menuai kecaman luas dari berbagai pihak saat itu.

Keterlibatan tokoh dengan latar belakang seperti Al-Sha'rani tentu menimbulkan pertanyaan dan potensi kontroversi terkait dengan arah dan tujuan Dewan Militer Sweida.

Seiring berjalannya waktu, Dewan Militer Sweida menunjukkan perkembangan dalam hal kekuatan dan pengaruhnya.

Brigade-brigade militer baru, seperti Brigade Nabi Shu'aib, secara terbuka menyatakan bergabung dengan dewan ini, memperkuat kapasitas militer mereka di lapangan. Selain itu, Dewan Militer juga aktif melakukan upaya perekrutan anggota baru dari kalangan masyarakat setempat.

Sebagai insentif, mereka dilaporkan menawarkan gaji kepada individu yang bersedia bergabung dan melakukan operasi bersenjata di dalam kota Sweida.

Langkah ini mengindikasikan tekad dewan untuk membangun kekuatan militer yang signifikan dan mengamankan kontrol di wilayah tersebut.

Pembentukan Dewan Militer di Sweida dan dinamika yang menyertainya merupakan perkembangan penting yang patut dicermati dalam konteks konflik Suriah yang terus berlanjut. Dengan dukungan dari arus politik federalis dan SDF, serta upaya untuk merangkul tokoh-tokoh lokal, dewan ini berpotensi menjadi pemain kunci dalam menentukan masa depan wilayah selatan Suriah. 

Namun, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit, termasuk potensi resistensi dari pihak-pihak yang tidak setuju, kompleksitas hubungan dengan pemerintah pusat dan kekuatan-kekuatan regional lainnya, serta bagaimana dewan ini akan mengelola citra publiknya mengingat keterlibatan tokoh-tokoh kontroversial di dalamnya.

Perkembangan di Sweida ini akan terus dipantau untuk melihat bagaimana dampaknya terhadap lanskap politik dan keamanan Suriah secara keseluruhan.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Krisis Sweida, Melihat Kekuatan Druze Pro Israel di Suriah"

Post a Comment