Featured post

Harian Asia Raya Memberitakan Janji Jepang untuk Kemerdekaan Indonesia, 1944

ASIA - RAYA ||   Waktu: September 1944 Tempat: Tokoh: Peristiwa: Harian Asia Raya terbitan 8 September 2604 (=1944) memberitakan janji...

Mengungkap Pustaha Laklak Mandailing: Warisan Leluhur yang Terlupakan, Ada Allah dan Muhammad




Pustaha Laklak, sebuah manuskrip kuno dari Mandailing, Sumatera Utara, kembali menjadi sorotan. Karya yang disalin dan diterjemahkan oleh Drs. A. Aziz Dalimunte ini bukan sekadar naskah biasa, melainkan cerminan kekayaan peradaban nenek moyang yang termuat dalam setiap aksara dan kalimatnya. Diterbitkan oleh Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan Departemen P & K Republik Indonesia, Pustaha Laklak ini memuat ajaran, mantra, dan kearifan lokal yang mendalam.
Naskah ini, khususnya Pustaha Laklak I dan II, menyingkap berbagai aspek kehidupan masyarakat Mandailing tempo dulu, mulai dari ritual perlindungan, pengobatan, hingga filosofi keberadaan. Jeruk, yang dimanterai sebagai pagar atau jimat, menjadi simbol utama kekuatan pelindung kampung dari segala bentuk keonaran. Penggunaannya bukan hanya sebagai benda fisik, melainkan sebagai media penghubung dengan kekuatan spiritual yang dipercayai turun dari Dewa di atas langit, di bawah bumi, dan di tengah alam semesta.
Setiap baris dalam Pustaha Laklak ini sarat makna. Penggunaan istilah "Dibata" yang berulang kali, merujuk pada entitas ilahi yang menciptakan dan mengendalikan segala sesuatu, menunjukkan kedalaman spiritualitas masyarakat Mandailing. Konsep penciptaan dari "Mula Sada" hingga "Mula Pitu Dibata" menggambarkan pandangan kosmogoni yang kompleks, di mana segala sesuatu berasal dari satu sumber ilahi yang kemudian berkembang menjadi berbagai wujud.
Pustaha Laklak juga berfungsi sebagai panduan bagi para "datu" atau dukun tradisional Mandailing. Mereka adalah penjaga ilmu pengetahuan kuno yang diwariskan secara turun-temurun, bertanggung jawab dalam mengobati penyakit, melindungi masyarakat dari bahaya, dan menyingkap misteri alam. Peran datu sangat sentral, bukan hanya sebagai penyembuh fisik tetapi juga sebagai penengah antara dunia manusia dan dunia spiritual.
Salah satu bagian menarik adalah mantra perlindungan yang sangat detail. Datu dipandang memiliki kemampuan untuk "mengecilkan dan mengeringkan tampuk limau," sebuah metafora untuk mengendalikan kekuatan alam dan menghalau bahaya. Penggunaan elemen-elemen alam seperti "ular naga yang melingkar bagai bunga" atau "Naga Situmindang si Portibi yang berakarkan tembagakuning" menunjukkan kepercayaan kuat terhadap kekuatan alam sebagai entitas hidup yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan baik.
Tidak hanya soal perlindungan, Pustaha Laklak juga membahas tentang upaya memulihkan keseimbangan ketika terjadi gangguan. Kalimat "mengangkat engkau perkumpulan melompatkan engkau ke bencah" atau "melompatkan engkau ke buaya yang menangkap belut" adalah gambaran visual tentang bagaimana seseorang harus bertindak menghadapi masalah atau bahaya, baik secara fisik maupun spiritual. Ini menunjukkan strategi bertahan hidup yang cerdik dan adaptif.
Dalam naskah ini, terdapat pula peringatan tentang bahaya dan cara menghadapinya. "Jangan tunjukkan keingkaran yang sudah" adalah nasihat bijak agar tidak mengulangi kesalahan masa lalu, sementara "jangan lakukan bisa kala pada lelaki yang berilmu" menekankan pentingnya menghormati pengetahuan dan kearifan orang lain, khususnya para ahli spiritual atau datu.
Pustaha Laklak juga menyentuh aspek etika dan moral. Nasihat "jangan sembunyikan/lupakan mertua yang memberkahi ilmu kawan" menunjukkan nilai-nilai kekeluargaan dan penghargaan terhadap guru atau pemberi ilmu. Ini adalah pengingat bahwa ilmu tidak boleh disalahgunakan atau dilupakan begitu saja, melainkan harus dijaga dan dihormati.
Bagian tentang asal-usul manusia dan penciptaan juga sangat mendalam. "Engkau dari darah putih, ada riba pada mulanya, darah merah dari ibumu, darah hitam asal mulamu, aku asal mulamu jadi" adalah deskripsi puitis tentang proses terbentuknya manusia dari berbagai unsur. Ini merefleksikan pandangan holistik tentang kehidupan yang melibatkan peran ilahi dan proses alam.
Manuskrip ini juga menjadi penangkal bagi berbagai jenis penyakit dan gangguan. Mantra-mantra untuk "melumpuhkan ilmu batin orang, lumpuhkan ilmu batin begu (hantu), lumpuhkan ramuan orang, lumpuhkan ramuan hantu" menunjukkan upaya masyarakat Mandailing untuk menjaga diri dari kekuatan negatif, baik yang berasal dari manusia maupun entitas gaib.
Pustaha Laklak juga memberikan petunjuk konkret tentang cara mengatasi berbagai penyakit, mulai dari penyakit fisik hingga penyakit spiritual. Penggunaan ramuan dari berbagai tumbuhan seperti "jeruk kecil tujuh macam, akar sanggul, daun jahe dan kunyit" menunjukkan kekayaan pengetahuan tradisional dalam bidang pengobatan. Setiap bahan memiliki peran dan makna khusus dalam ritual penyembuhan.
Ritual pengobatan tidak hanya melibatkan ramuan fisik, tetapi juga doa dan mantra. "Setelah dimanterai kita suruh minum berulang-ulang oleh anaknya yang kena penyakit itu" menunjukkan pentingnya keyakinan dan repetisi dalam proses penyembuhan. Ampas ramuan yang disimpan pada dukun atau disisipkan di sanggul juga merupakan bagian dari praktik magis untuk menjaga khasiat pengobatan.
Selain pengobatan, Pustaha Laklak juga berfungsi sebagai panduan untuk mencari benda-benda yang hilang. Petunjuk arah dan tanggal, seperti "jika kehilangan harta kita cari ke timur, pada tanggal satu, binatangnya harimau," menunjukkan sistem ramalan dan penentuan nasib yang kompleks berdasarkan kalender dan simbol-simbol alam.
Bagian tentang pencarian benda hilang juga menunjukkan kepercayaan pada kekuatan supranatural yang dapat menyembunyikan atau menampakkan benda. "Dukun mencari benda itu akan disembunyikan pada dawatunak ia bertanjung kebajikan musuh, di situ tempat jejak, sehari panghulubalang" adalah indikasi bahwa hilangnya harta bisa disebabkan oleh campur tangan makhluk halus atau musuh.
Pustaha Laklak bukan hanya sekadar naskah usang, melainkan sebuah living document yang terus relevan hingga kini. Nasihat "manis berkata-kata, berjalan ke benua orang manis pembicaraan kita" adalah pesan universal tentang pentingnya komunikasi yang baik dan sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain, termasuk dengan orang kaya.
Di akhir naskah, ada penegasan kembali tentang kekuatan doa dan aji yang sakti. "Berkat doaku memakai aji yang sakti, kupagar cuca hyaing manusia, berkatkan Allah, berkatkan Nabi diberkatkan Muhammad Baginda Rasulullah lailahaillalah, kabul" adalah puncak dari seluruh ajaran, menekankan bahwa segala sesuatu berasal dari restu Tuhan dan para nabi.
Pustaha Laklak ini menggarisbawahi kekayaan budaya Mandailing yang tak ternilai. Ini adalah warisan yang harus dijaga, dipelajari, dan disosialisasikan agar generasi mendatang dapat memahami dan menghargai akar budaya mereka. Proyek pengembangan media kebudayaan telah melakukan langkah awal yang penting dalam melestarikan karya agung ini.
Namun, seperti yang tersirat di akhir naskah, masih banyak rahasia dan makna tersembunyi yang belum terungkap. "Masi ada lagi yang tersirat, belum diberitahukan guru kita ya, kawan bayoangin yang muda remaja" adalah undangan untuk terus menggali lebih dalam, untuk tidak pernah berhenti belajar dari kearifan masa lalu.
Melalui Pustaha Laklak, kita diajak menyelami dunia spiritual dan filosofis masyarakat Mandailing kuno, yang sangat menghormati alam, nenek moyang, dan kekuatan ilahi. Naskah ini adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan masa lalu, memberikan pelajaran berharga untuk masa kini, dan inspirasi untuk masa depan.

Teks asli 👇 lihat info lainnya

PUSTAHA LAKLAK 
MANDAILING 
( Salinan dan terjemahan ) 
Oleh: 
Drs. A. AZIZ DALIMUNTE 
Disain buku 
SOBIN A B 
RAMELAN M S 
Diterbitkan oleh : 
PROYEK PENGEMBANGAN MEDIA KEBUDAYAAN 
DITJEN KEBUDAYAAN DEPARTEMEN P & K 
REPUBLIK INDONESIA- JAKARTA
PUSTAHA 
LAKLAK 
( I DAN II ) 
1. 
Poda ni parhuntas 1) 
Unte rna i nanon barang hita di padatu halang be iya 
umbayan pagar 2) togar ni hutanta be umbaya pagar pamugang gorak gorahah na so rna gabe naso mauli dongan. Asa 
turun rna · hum Dibata di atas na manghe rna hamu Dibata 
di toru humundul rna hamu Dibata di tonga mangadop rna 
hamu Dibata purba desa asingun rna hamu agei nang na 
gurungku Dibata dalom portibi diparanak Dibata mula sada 
diparanak Dibata mula dua Dibata mula tolu diparasak 
Dibata, mula opat Dibata. 
2. 
Mula lima diparanak Dibata, Mula onom Dibata, Mula 
pitu Dibata. Mula songka Dibata. Mula songti asa 9..mgta 
doho ale unang na gurungku/na, guru sanombasinomba 
niaji-aji ni pangajian guru ni pangguruan na parpatidilan sangan uang hipot ulang au lilu na mur unang maruontasson 
humontasi tampuk ni unte manikmaadele rajaon asa on rna 
on na di tantan ni ompunta datu guru si biang sapa na luan 
tondingkon lumban Dibatas diatasa tu lumban sibaha di 
toru on asa di ulbashon ompunta rna datu sayang na gaji. 
3. 
Tondingkon lumba Dibata di tongan on adong on rna 
181 
 dianakon ni ompunta Dibata sinalombana dijajang dijuajua ni ampunta alok naga siampa bungo na di taya-taya ni 
ompunta datu guru paunungpi di Portibi suan-suanan ni ompunta datu nabit suraya niatopak mangintubusiton rura 
huta lobu Simaninggir julu na maijojak di munggu-munggu 
margorar Naga situmin dangsi Portibi na marurathon tumbaga holing. 
4. 
Naga sirumapot di Portibi na mardusurhon naga sumalungdung di hahasa na marbatanghon na silumidang-lidang 
na marlaklahi on rna tau simandahopi na mardangkahon na 
gumopi desa na uluna marranting sarasarana na marbulungkon pilo-pilo na marbungahon bunga perok, na marmutikon 
giring-giring na marborashon na simanjadihon poroman ni 
pagarahon niugmu dosna Dibata siasi. 
5. 
Asa turun rna hamu Dibata diatas rna naghe maha Dibata di toru humundul rna hamu Dibata di tonga mangadop 
rna hamu Dibata Purba Desa asa bangun rna hamu ale unang 
na gurunghu Dibata dalom Portibi. Diparanak Dibata mulana Dibata mula ni siparanakon Dibata mula nangnang Dibata mula diparanak Dibata mula ningning diparanak Dibata 
mula ungla Dibata mula ungli diparanak Dibata mula morta 
Dibata mula morti diparanak Debata mula titih Dibata, mula susur diparanah Dibata mula himpal Dibata, mula ganah 
diparanah Dibata mala mopu Dibata mula ganah diparanah 
Dibata mula diham Dibata mula tembe diparanah Dibata. 
6. 
Mula laho Dibata, mula pitu Dibata Dibata, mulo songti asa songta songti do au na murmang-mang rna marhuputusson humontasi tampa hupani unte na tolu marsada inaon 
na so tandi mararatan di maranami jolma manusia on. Ia 
hubahon hopar diungton dipara diungton, dipera au sumi-
ungton disijungjungton sijunjungton di sipaho-paho hupapahut dihalang ulu dipasande. 
7. 
Di tiang togu soto patogu baritangku anngki nari na 
mur mangmang murhontas ontason hoporton, dung porton, 
dung pe bora au tumon dungi hatoto pa hototogu IJi na hupangarion na ulang mana ulang na botima na boti adong do 
mara sabat nihalayon pasatang pataridahon ma parmaraan 
parbudian ditampun niunte manih mandege raja on ma 
anghat ma ho tu dalan pangaluguton mangalumpat ma ho tu 
dusosa muda ra mangumbur ma ho tubuaya si manangkap 
bolut lalu tu tu porganggu wanturu ma mi siganjang marsuah tu sinantang. 
8. 
Harat marlalu ho tu ruma ni ulok naga sunomba tuwa 
tu portibi harom tu ruma ni hosuk marudur udur e santabi 
doba na botanna botimana ulang angkon partanda na ni 
hatotoga hatoto gudoang hinarian asro padatang pataridahon sanga manantandon hape ulang balang natinasan ni 
hala on di halah laki na martua sanga na mamasu-masu do 
pagarron didadaboru na marharatan na datang paridahon ma 
anghi nariditam ni anagang terman ih mandege raja on. 
9. 
Mangankat ma ho tu na lau ya119 sonta mangalumpat 
ma ho tu na lau yang sonti mangambur ma ho tu na lau 
yang bo ran mangunsandar ma ho di bona ni bargot sisunsang bona hundul ma ho di urat ni hayuara baringin tumbu 
tua marsitiop ma ho di gala-gala marmutik, marsilaung ma 
ho di harambir marboras lalu ho tu ruma ni lihio langlu ma 
yang tutoras tunggalu singalaut di gorap ni unte on suasa 
(yang) di langit, suasa (yang) di portibi pu ma tang ho tampuk ni unte tubuan te payung suasa di langit turjabat ma au 
di na uli tur sorang di na denggan ningmu doman dibaba 
183
siasa. 
10. Asa umadanin to ra ni parhontas unte ale amang baberengku iya adong do na dilantoshon ulang ba panghelahon 
hamu tulangmu satumanalom tua ni aji dongan. 
porganggu 
ruma ni silanja 
sigantang 
buaya sumaba 
porti bosa 
dalan pangalusutan 
susos 
buaya 
uyang sangta 
uyang songti uyang borana rumanihali 
bargot 
urat ni hayu 
gala-gala 
haram 
toras 
11 
sfd 25 
184 
TERJEMAHAN PUSTAHA LAKLAK 
( I DAN II ) 
1. 
Jeruklah yang dimanterai sebagai pagar (jimat) yang 
kuat untuk melindungi kampung dan sanggup memberitahukan sesuatu yang hendak membuat onar tapi bukan 
kemuliaan atau kebahagiaan. Seraya turun Dewa yang di 
atas langit menunggulah Dewa di bawah bumi duduklah 
Dewa yang di tengah, menghadap ke timurlah Dewa di desa 
yang terasing, yaitu guruku. Di dunia ini Dewa Mula Jadi. 
Kalau satu diperanak Dibata (Dewa), kalau dua Dibata, kalau tiga diperanak Dibata, kalau empat Dibata. 
2. 
Kalau lima diperanak Dibata, kalau enam Dibata, kalau tujuh Dibata kalau songta (delapan?) Dibata kalau 
songsi (sembilan ?) atau delapan puluh sembilan engkau 
bukanlah guruku seorang guru yang disEmbah aji yang diajarkan guru atau ilmu yang telah diajarkan guru yang bertimpa-tirnpa. Jangan hilang dan jangan keliru yang telah 
mengecilkan, dan mengeringkan tampuk limau, yang mengapatiskan raja ini, dan inilah yang ditimang nenek datu, 
guru yang menjawab semua pertanyaan dari segala ilmu 
dalam pengetahuan Dibata (Dewa) di kebun sibaha di bawah 
(dunia) yang disemburkan nenek Datu yang membuat aji. 
3. 
Tinggalkan ilmu Dibata di bawah ke ilmu Dibata di 
185 
tengah ini. Ada yang diciptakan/diperanakkan Nenek Dibata yang diperlombakan dipujuk dan disayangi nenek 
ular naga yang mel ingkar bagai bunga yang bersusun yang 
ditempa datu guru yang bersemayam di Portibi tanamtanaman nenek k ita. 
D2tu kain suraya yang tumbuh ditumbuhkan di rawa desa 
yang ditinggal di Simaninggir hulu tempat menjejakkan kaki 
di Munggu-Munggu bergelar Naga Situmindang si Portibi 
yang berakarkan tembagakuning Naga yang berbisa di 
Portibi. 
4. 
Yang menjalarkan Naga Simalungdung di bawah batang 
yang lurus yang bersuamikan yang pandai memeluk, dan 
bercabang sampai ke desa-desa kepalanya beranting, dan 
ujung ranting berdaun pilo-pilo, bunganya seperti perak 
yang berputikkan genta, yang menggunakan beras yang 
bertuah, pengeraman yang memanaskan, katamu Dibata 
yang pengasih. 
5. 
Segera turunlah Debata yang di atas mendengar, Debata yang Agung, duduk di bawah di singgasana, d i tengah 
menghadap Debata ke arah Timur Desa, segera bangunlah 
kamu yang kusayangi janganlah guruku Dibata dalam Portibi (dunia). Diperanak Debata, asalnya Debata, permulaan 
diperanakkan Debata kalau nampak jelas Debata, kalau diperanak Debata, kalau ningning diperanak Debata, kalau 
ungla Dibata kalau ungli diperanak Debata kalau morta 
Debata, kalau morti d iperanak Debata kalau titih Debata, 
kalau susur diperanak Debata, ka lau padat Debata, kalau 
ganah d iperanak Debata, kalau mopu Dibata, kalau ganah 
Debata kalau tikam Dibata, kalau tembe diperanak Debata, 
kalau pergi Debata, kalau tujuh Debata. 
Kalau songta Dibata kalau songti atau songa-songti aku 
dan mak in jelas kuputskan ini saja sebagai upah jeruk tiga 
setangkai (tiga seibu) yang tidak terelakkan dan dielakkan 
bahaya kami manusia dalam kemanusiaan. Yang dikupas 
sampah terapung di air tergenang, di atas tergenang diperahu 
sumington, di kepala, di tunggul-tunggul kukuatkan, di bantal disandar. 
7. 
Tepat di tiang tengah 
memperkuat doaku tak lerna 
lagi makin jelas bergaya yang dikupas yang kesat, setelah 
kesat, setelah bora aku tumon, setelah kutahu dan kuperbuat yang kupagari ini janganlah, jangan begitu, yang begitu 
ada bahaya yang akan membuktikan dan menunjukkan 
bahaya, yang mengobati (berbudi) di ranting limau manis 
memijak raja ini yang mengangkat engkau perkumpulan 
melompatkan engkau ke bencah, tapi kalau engkau mau 
melompatkan engkau ke buaya yang menangkap belut, 
sampai ke tempat (mengganggu) semut kata si Ganjang 
marsusah pada Sinantang. 
8. 
Berkarat sampai ke rumah naga yang telah tua ( Naga 
bertuah ) ke dunia haram, ke rumah kesusahan berbaris -
baris sembah sujud, jangan tunjukkan keingkaran yang 
sudah, supaya masa datang ditunjukkan atau menimang, 
jangan lakukan bisa kala pada lelaki yang berilrn.J, atau pada 
yang mengupah-upah dipagari atau pada perempuan yang 
berumur yang mendatangkan/menunjukkan yang sengscra 
memijak raja ini. 
9. 
Mengangkatlah engkau, seraya sonta, melompatlah 
engkau seraya sonti, dan melompatlah engkau seraya bersandar pada batang enau menantang arus walaupun duduk 
di akar beringin bertuah berpegang engkau pada buah gala-
gala yang muda. Berteduhlah engkau di bawah kelapa keras, sampai engkau ke rumah terlindung (asing) ke teras s~ 
ngalaut, dipangkal jeruk suasa (perak). Suasa di langit 
suasa di bumi, di badanmu tampuk jeruk tempat tumbuh 
payung suasa di lcr~git, sampai aku bahagia waktu lahir dengan baik katamu kawan Dibata yang mulai. 
10. Kunasehati engkau parhontas jeruk, ya menantuku, 
apabila ada yang dirasakan jangan sembunyikan/lupakan 
mertua yang memberkahi ilmu kawan. 
pengganggu 
tempat tinggal silanja 
Sigantang 
buaya tunggal 
porti bosa 
jalan kematian 
susos 
buaya 
uyang songta 
uyang songti uyang borna rumanihali 
en au 
akar kayu 
gal a-gala 
haram 
teras 
11 . Dengan nama Allah yang pengasih lagi penyayang, 
barang siapa orang yang syah memagar dirinya,ilmu bathin 
yang kuasa dilumpuhkan · pagar diri batin yang kuasa. 
Lumpuhkan ilmu batin orang, lumpuhkan ilmu batin begu 
(hantu), lumpuhkan ramuan orang, lumpuhkan ramuan 
hantu, lumpuhkan hantu-hantu manusia, lumpuhkan ilmu 
batin hantu, hancurkan pagar (jimat) ilmu batin yang keras, 
lumpuhkan belakang bagian timur, lumpuhkan belakang 
bagian utara, lumpuhkan belakang bagian selatan, lumpuh 
kan ilmu batin yang kuat, lumpuhkan yang membuat pe-
nyakit orang, lumpuhkan pengobati, penyakit hantu. 
lumpuh!<an penyakit di ekor, lumpuhkan penyakit wan ita, 
lumpuhkan anak durhaka orang, lumpuhkan anak durhaka 
hantu, lumpuhkan pagar pertahanan ilm.J batin yang kuat. 
12. Lumpuhkan yang mengobatinya, gelisah hulubalang 
orang. Lumpuhkan orang tua (pelindung) orang, lumpuhkan penawar penyebab marah orang. Lumpuhkan penawar 
7 turunan, lumpuhkan penawar si nenek marah orang, 
lumpuhkan penawar si nenek bu rung, lumpuhkan miang 
lalang orang, lumpuhkan si runtuhkan gunung, lumpuhkan 
penawar api, yang marak, lumpuhkan segala penyakit 
hulubalang orang. 
Dilumpuhkan pagar ilm.J batin yang 
kuat, lumpuhkan penawar rindu ke kampung (rumah), 
lumpuhkan pembuat rindu orang. 
13. Lumpuhkan penawar bangkai orang, lumpuhkan 
pagar ilmu batin yang kuat, tumpuhkan penawar/ pertahanan hulubalang yang diperkatakan pangkal pembicaraan 
orang, sedang tanah dilumpuhkan pertahanan ilmu batin 
yang kuat, sedang batu dilumpuhkan ilm.J batin yang 
tertua dan kuat, engkau telah disihir ( diaji ) orang, ilmu 
jahat yang dibuat begu ( hantu ). Dilumpuhkan pagar 
( jimat ) yang kuat, lumpuhkan pemisah (sirang - sioog ) , 
pemecah piring kecil, lumpuhkan pembelah langit orang, 
lumpuhkan pemisah yang membelah embun orang. 
14. Dengan noma Allah yang pengasih lagi penyayang, kata 
puja-puji kata All<tl, kata Muhammad, kata Baginda pesuruh, tiada Tuhan melainkan All<tl. 
15. Dengan nama Allctl yang pengasih lagi penyayang, 
hati cucuku raja si anak Rasullul lah ambilkan Jau katuju 
pataran ti~kap pataran tingkap paken diken pangkun 
diken pengkomatkan mematikan panyobangda kalia"l 
nyanyo akan dapati kolam di lihat sanggabu, bunuh dipijak diangkat pada enggarg kutempangkan suaraku bayanganku pada harimau jantan, aku seperti kepiting tunggal belalai besar di tiang, dipandang segala ser boleh nanan, 
kukilir-kilirkan, yang berbudi namanya, yang berkata 
lembut seperti anak si Dasari yang terbang siang namaku. 
16. E ngkau hanya segala, seperti kunang-kunang di atas 
bumi yang diiringi gajah, tiada berkata dan menyapa, 
yang berbahagia dan berbudi namanya, yang beradat di 
kampung, di tempat asal engkau semula. Engkau dari darah putih, ada riba pada mulanya, darah merah 
dari ibumu, darah hitam asal mulamu, aku asal mulamu jadi. 
Himtu menggoda ke sana ke mari, asal mu lamu jadi getah 
raru yang hitam, darah bercampur darah, darah berpadu 
menjadi-jadi, jadi getah darah, dari situlah asal mula engkau 
dijadikan bapak, jangan ibumu di atas tikar, tempat tidur 
diwaktu hamil ibu, jangan bapakmu di dalam kelambu, engkau segala serta lawanku yang senasib berdiri di atas bumi, 
di bawah langit yang menegur sapa namorja angja anoen 
yang berbudi namanya. 
17. Di kampung yang beradat aku seperti anak Sidasari di 
Sigayang siang namaku. Boleh aku diasal mulamu jadi, 
sampailah engkau semalam dua malam, tiga malam, empat 
malam, lima malam, enam malam, tujuh malam, delapan 
malam, sembilan malam, sepuluh malam, sebelas malam, 
tigabelas malam, empat belas malam, limabelas malam, 
enam belas malam, tujuh belas malam, sampe delapan belas 
malam, sembilan belas malam engkau, duapuluh malam dija
dikan ibu, jangan bapakmu sampai engkau sebulan digandeng ibu. Jangan bapakmu Rasu llullah mengatakan nama 
sampai engkau dua bulan, itulah namamu Daramangara 
Sampela, engkau tiga bulan itulah namamu, hanya engkau 
sampai empat bulan, itulah namamu lrokolom. Sampailah 
engkau lima bulan, itulah namamu si Tikar, sampai engkau 
enam bulan, sampailah engkau tujuh bulan, tumbuhlah 
limpa, rabu, boja tuwong, boatila. 
19. Sampai engkau delapan bulan engkau berjari, berkuku, 
sampai engkau sembilan bulan. Maka bernyawalah engkau, 
sampai engkau sepuluh bulan, sebelas bulan dikand.mg ibu 
bukan bapakmu, maka keluarlah engkau dari dalam kelambu menempuh pintu kembali mengandungkan ibu. Jangan 
bapamu, engkau, aku seperti anak Sidasari di Silayang siang 
namaku, seperti matahari tujuh gunung ( bukit ) tentang 
bukit Solo bukit liang bukit pun jadi engkau, aku seperti 
matahari tengah hari, engkau seperti matahari tebia pumarna raya, maka ada Solo, bukit liang terpandadi engkau, 
isi gunung lepas ranting. 
20. Ting Sigundurun, buka anak orang dungu, engkau yang 
dihidupkan, lebih baik dibawa jalanan, dibawa jalanan di 
atas bumi tak ada yang menegur sapa yang berbudi, kau 
bangsawan engkau yang menganiaya aku seperti anak anjing di bukit menggonggong bukit Gonagontom, tulang 
belulang, benak, hati, jantung, limpa, paru-paru ulu hatinya 
mendengar kataku, lalu mendengar suara tapak kakinya, 
karena aku jaga. 
21. Berkat doaku memakai aji yang sakti, kupagar cuca 
hyaing manusia, berkatkan Allah, berkatkan Nabi diberkatkan Muhammad Baginda Rasulullah lailahaillalah, kabul 
1diguru, tajam di aku, ditajamkan Allah, ditajamkan Nabi, 
ditajamkan Muhammad Baginda Rasulullah ilahaillal lahu. 
22. Ia pada ji yang sakti, dipagar susah manusia la parsiratan pada kawan atau kita suruh berguling di hutan, lepaskan seluruhnya kawan dayan lumut ramuannya, kita yang 
ditolakkan yang sakit ya kawan. 
23. Kita menjadikan jala-jala orang di dalam laut atau kita 
suruh Nalung mastiti, buah jeruk kecil tujuh macam, akar 
sanggul (sejenis tumbuhan yang harum baunya) segala jenisnya dan selengkapnya dan di suruh buat tali pengikat jalajala, jairango yang tidak berd~un , itulah ramuannya. Kita 
suruh pada perempuan yang tak pernah memangku, terjolok aku tuba. Kita persembahkan sirih, itulah anak bangsawan yang memilik tanah kami, bagian dalam dengan hantu yang ganas, bersama guru yang dipergurukan, ya dengan 
guru kita yang beranakkan, susah ia meminta lawan kita, 
meminta bisa (racun). 
24. Meminta tabas, meminta dijaga, meminta dengan baik 
yang menyenangkan sudah kita suruh rebus nanti supaya 
di~o'a. Setelah dimanterai kita suruh minum berulang-ulang 
oleh anaknya yang kena penyakit itu. Ampasnya kita suruh 
simpan pada dukun, padanya kita suruh sisip disanggulnya, 
bertambahlah ramuan kita itu. Selain itu 
harus ditambah lagi pinang tunggal, jairango, <;laun jahe dan kunyit 
seperti roda. 
25. Kunyit yang seperti roda dijemur, garam, jahe, tuak di 
dalam guci, itak poltuk, sube-sube pitolgang, daun sirih 
yang kembang, sampai dimana kepandaiannya, sampai kita 
kerumpun kunyit yang berbunga. Terimalah sirih yang 
kembang ditempatnya, serta makanan yang kita bawa supaya dikepulkan asap rokok, kemudian digendangi (didoakan). Semua memohon dilaga, meminta racun, meminta 
jaga, meminta tabas bahaya, segera bahaya hilang, memohon 
tabas yang sudah lemah, tak ada kekuatan meminta rezeki 
yang baik dan membahagiakan pada kita seluruhnya. 
Dalam kehadiran kita itu setuju atau tidak setuju, harus 
setuju supaya diambil, ya setuju ya, supaya kita ambil yang 
kita rindukan, dan kita bawa ke rumah kemudian kita buat 
sesuka hati kita kemudian kita rebus bersama ampas tadi. 
Kalau sudah kita rebus, kembangkan pula daun sirih sebagai tanda penyerahan. Kemudian kita minta kembali berlaga dengan bisa. Jaga dengan tabas yang baik supaya kita 
jangan kena dengan bendera-bendera orang yang baru mati 
sehari ya, dukun kami. 
Demikianlah dulu penjaga doa supaya jangan susah manusia 
ini, tapi masih ada lagi yang tersirat, belum diberitahukan 
guru kita ya, kawan bayoangin yang muda remaja. 
1Mencari benda-benda yang hilang 
1. 
Untuk mengatakan pada waktu datang penyakit apa 
saja, pertama : jika kehilangan harta kita cari ke timur, pada tanggal satu, binatangnya harimau. Jika harta hilang, 
dukun mencari benda itu akan disembunyikan pada 
dawatunak ia bertanjung kebajikan musuh, di situ tempat 
jejak, sehari panghulubalang 
(hantu~menimbulkan 
penyakit 
4 tunggara. 
Jika hari kedua 
harta hilang akan 
disembunyikan di bawah pohon kayu. Jika musuh, disitu tempatnya. Jika sakit putri bangsawan pemilik tanah, hendaknya ditolak dengan siriok dan c;etangkai bunga saka. 
2. 
Selatan, maksudnya jika harta hilang, a~n disimpan 
di tepian, jika musuh di situ tempatnya. Jika engkau sakit 
janalang tanah\o.PV"hendaklah diberi nasi segenggam pada 
kucing. 
Barat Daya, artinya jika hari keempat, harta hilang, akan 
disembunyikan orang pada kolam '=/ di bawah kayu-;:/robah, jika musuh disitu tempatny; ._:/ mencari ~ rangkihir. Jikalau sakit jauh ladang hendaklah kita berserah diri. 
3. 
Jika hari ke lima harta hilang, kita cari dan akan di-
!Embunyikan pada orang muda yang mencuri, di bawah pintu tempat harta. Jika engkau sakit hantu hendaklah penyebabnya dicari ke barat taut. Jika hari ke enam penyakit 
datang ketika matahari terbit dan sewaktu kecemasan musuh maka di situ sembarang penyakit tak tertulak dan pada 
ubun-ubun gajah. 
Utara, jika hari ke tujuh, hampir tengah hari, kita merasa 
kecemasan karena harta hilang, maka disembunyikannya 
di dalam tanah, musuh di situ juga. Tampar hoji kesakitan malaikat -: .:::;,./ mati memberi sakit. Timur laut. Hari kedelapan, hampir tengah hari (menjelang zuhur) kita kecemasan karma harta hilang. Disimpannya pada ujung bukit, 
jika musuh, di situ tempatnya harta itu tua layan i yang 
mencuri engkau, engkau sembunyikan. 
Ia lalang ni ariro 
manisbismu 
bermasori 
kala 
jangta ino ale 
Ia manis ni ari jangta inon ya, 
pada kami, dan manis berkata-kata, berjalan ke benua 
orang manis pembicaraan ki· 
ta. 
Telah dipertemukan orang kaya, jangan engkau mau 
ributnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mengungkap Pustaha Laklak Mandailing: Warisan Leluhur yang Terlupakan, Ada Allah dan Muhammad"

Post a Comment