Pustaha Laklak, sebuah manuskrip kuno dari Mandailing, Sumatera Utara, kembali menjadi sorotan. Karya yang disalin dan diterjemahkan oleh Drs. A. Aziz Dalimunte ini bukan sekadar naskah biasa, melainkan cerminan kekayaan peradaban nenek moyang yang termuat dalam setiap aksara dan kalimatnya. Diterbitkan oleh Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan Departemen P & K Republik Indonesia, Pustaha Laklak ini memuat ajaran, mantra, dan kearifan lokal yang mendalam.
Naskah ini, khususnya Pustaha Laklak I dan II, menyingkap berbagai aspek kehidupan masyarakat Mandailing tempo dulu, mulai dari ritual perlindungan, pengobatan, hingga filosofi keberadaan. Jeruk, yang dimanterai sebagai pagar atau jimat, menjadi simbol utama kekuatan pelindung kampung dari segala bentuk keonaran. Penggunaannya bukan hanya sebagai benda fisik, melainkan sebagai media penghubung dengan kekuatan spiritual yang dipercayai turun dari Dewa di atas langit, di bawah bumi, dan di tengah alam semesta.
Setiap baris dalam Pustaha Laklak ini sarat makna. Penggunaan istilah "Dibata" yang berulang kali, merujuk pada entitas ilahi yang menciptakan dan mengendalikan segala sesuatu, menunjukkan kedalaman spiritualitas masyarakat Mandailing. Konsep penciptaan dari "Mula Sada" hingga "Mula Pitu Dibata" menggambarkan pandangan kosmogoni yang kompleks, di mana segala sesuatu berasal dari satu sumber ilahi yang kemudian berkembang menjadi berbagai wujud.
Pustaha Laklak juga berfungsi sebagai panduan bagi para "datu" atau dukun tradisional Mandailing. Mereka adalah penjaga ilmu pengetahuan kuno yang diwariskan secara turun-temurun, bertanggung jawab dalam mengobati penyakit, melindungi masyarakat dari bahaya, dan menyingkap misteri alam. Peran datu sangat sentral, bukan hanya sebagai penyembuh fisik tetapi juga sebagai penengah antara dunia manusia dan dunia spiritual.
Salah satu bagian menarik adalah mantra perlindungan yang sangat detail. Datu dipandang memiliki kemampuan untuk "mengecilkan dan mengeringkan tampuk limau," sebuah metafora untuk mengendalikan kekuatan alam dan menghalau bahaya. Penggunaan elemen-elemen alam seperti "ular naga yang melingkar bagai bunga" atau "Naga Situmindang si Portibi yang berakarkan tembagakuning" menunjukkan kepercayaan kuat terhadap kekuatan alam sebagai entitas hidup yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan baik.
Tidak hanya soal perlindungan, Pustaha Laklak juga membahas tentang upaya memulihkan keseimbangan ketika terjadi gangguan. Kalimat "mengangkat engkau perkumpulan melompatkan engkau ke bencah" atau "melompatkan engkau ke buaya yang menangkap belut" adalah gambaran visual tentang bagaimana seseorang harus bertindak menghadapi masalah atau bahaya, baik secara fisik maupun spiritual. Ini menunjukkan strategi bertahan hidup yang cerdik dan adaptif.
Dalam naskah ini, terdapat pula peringatan tentang bahaya dan cara menghadapinya. "Jangan tunjukkan keingkaran yang sudah" adalah nasihat bijak agar tidak mengulangi kesalahan masa lalu, sementara "jangan lakukan bisa kala pada lelaki yang berilmu" menekankan pentingnya menghormati pengetahuan dan kearifan orang lain, khususnya para ahli spiritual atau datu.
Pustaha Laklak juga menyentuh aspek etika dan moral. Nasihat "jangan sembunyikan/lupakan mertua yang memberkahi ilmu kawan" menunjukkan nilai-nilai kekeluargaan dan penghargaan terhadap guru atau pemberi ilmu. Ini adalah pengingat bahwa ilmu tidak boleh disalahgunakan atau dilupakan begitu saja, melainkan harus dijaga dan dihormati.
Bagian tentang asal-usul manusia dan penciptaan juga sangat mendalam. "Engkau dari darah putih, ada riba pada mulanya, darah merah dari ibumu, darah hitam asal mulamu, aku asal mulamu jadi" adalah deskripsi puitis tentang proses terbentuknya manusia dari berbagai unsur. Ini merefleksikan pandangan holistik tentang kehidupan yang melibatkan peran ilahi dan proses alam.
Manuskrip ini juga menjadi penangkal bagi berbagai jenis penyakit dan gangguan. Mantra-mantra untuk "melumpuhkan ilmu batin orang, lumpuhkan ilmu batin begu (hantu), lumpuhkan ramuan orang, lumpuhkan ramuan hantu" menunjukkan upaya masyarakat Mandailing untuk menjaga diri dari kekuatan negatif, baik yang berasal dari manusia maupun entitas gaib.
Pustaha Laklak juga memberikan petunjuk konkret tentang cara mengatasi berbagai penyakit, mulai dari penyakit fisik hingga penyakit spiritual. Penggunaan ramuan dari berbagai tumbuhan seperti "jeruk kecil tujuh macam, akar sanggul, daun jahe dan kunyit" menunjukkan kekayaan pengetahuan tradisional dalam bidang pengobatan. Setiap bahan memiliki peran dan makna khusus dalam ritual penyembuhan.
Ritual pengobatan tidak hanya melibatkan ramuan fisik, tetapi juga doa dan mantra. "Setelah dimanterai kita suruh minum berulang-ulang oleh anaknya yang kena penyakit itu" menunjukkan pentingnya keyakinan dan repetisi dalam proses penyembuhan. Ampas ramuan yang disimpan pada dukun atau disisipkan di sanggul juga merupakan bagian dari praktik magis untuk menjaga khasiat pengobatan.
Selain pengobatan, Pustaha Laklak juga berfungsi sebagai panduan untuk mencari benda-benda yang hilang. Petunjuk arah dan tanggal, seperti "jika kehilangan harta kita cari ke timur, pada tanggal satu, binatangnya harimau," menunjukkan sistem ramalan dan penentuan nasib yang kompleks berdasarkan kalender dan simbol-simbol alam.
Bagian tentang pencarian benda hilang juga menunjukkan kepercayaan pada kekuatan supranatural yang dapat menyembunyikan atau menampakkan benda. "Dukun mencari benda itu akan disembunyikan pada dawatunak ia bertanjung kebajikan musuh, di situ tempat jejak, sehari panghulubalang" adalah indikasi bahwa hilangnya harta bisa disebabkan oleh campur tangan makhluk halus atau musuh.
Pustaha Laklak bukan hanya sekadar naskah usang, melainkan sebuah living document yang terus relevan hingga kini. Nasihat "manis berkata-kata, berjalan ke benua orang manis pembicaraan kita" adalah pesan universal tentang pentingnya komunikasi yang baik dan sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain, termasuk dengan orang kaya.
Di akhir naskah, ada penegasan kembali tentang kekuatan doa dan aji yang sakti. "Berkat doaku memakai aji yang sakti, kupagar cuca hyaing manusia, berkatkan Allah, berkatkan Nabi diberkatkan Muhammad Baginda Rasulullah lailahaillalah, kabul" adalah puncak dari seluruh ajaran, menekankan bahwa segala sesuatu berasal dari restu Tuhan dan para nabi.
Pustaha Laklak ini menggarisbawahi kekayaan budaya Mandailing yang tak ternilai. Ini adalah warisan yang harus dijaga, dipelajari, dan disosialisasikan agar generasi mendatang dapat memahami dan menghargai akar budaya mereka. Proyek pengembangan media kebudayaan telah melakukan langkah awal yang penting dalam melestarikan karya agung ini.
Namun, seperti yang tersirat di akhir naskah, masih banyak rahasia dan makna tersembunyi yang belum terungkap. "Masi ada lagi yang tersirat, belum diberitahukan guru kita ya, kawan bayoangin yang muda remaja" adalah undangan untuk terus menggali lebih dalam, untuk tidak pernah berhenti belajar dari kearifan masa lalu.
Melalui Pustaha Laklak, kita diajak menyelami dunia spiritual dan filosofis masyarakat Mandailing kuno, yang sangat menghormati alam, nenek moyang, dan kekuatan ilahi. Naskah ini adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan masa lalu, memberikan pelajaran berharga untuk masa kini, dan inspirasi untuk masa depan.
Teks asli 👇 lihat info lainnya
PUSTAHA LAKLAK
MANDAILING
( Salinan dan terjemahan )
Oleh:
Drs. A. AZIZ DALIMUNTE
Disain buku
SOBIN A B
RAMELAN M S
Diterbitkan oleh :
PROYEK PENGEMBANGAN MEDIA KEBUDAYAAN
DITJEN KEBUDAYAAN DEPARTEMEN P & K
REPUBLIK INDONESIA- JAKARTA
PUSTAHA
LAKLAK
( I DAN II )
1.
Poda ni parhuntas 1)
Unte rna i nanon barang hita di padatu halang be iya
umbayan pagar 2) togar ni hutanta be umbaya pagar pamugang gorak gorahah na so rna gabe naso mauli dongan. Asa
turun rna · hum Dibata di atas na manghe rna hamu Dibata
di toru humundul rna hamu Dibata di tonga mangadop rna
hamu Dibata purba desa asingun rna hamu agei nang na
gurungku Dibata dalom portibi diparanak Dibata mula sada
diparanak Dibata mula dua Dibata mula tolu diparasak
Dibata, mula opat Dibata.
2.
Mula lima diparanak Dibata, Mula onom Dibata, Mula
pitu Dibata. Mula songka Dibata. Mula songti asa 9..mgta
doho ale unang na gurungku/na, guru sanombasinomba
niaji-aji ni pangajian guru ni pangguruan na parpatidilan sangan uang hipot ulang au lilu na mur unang maruontasson
humontasi tampuk ni unte manikmaadele rajaon asa on rna
on na di tantan ni ompunta datu guru si biang sapa na luan
tondingkon lumban Dibatas diatasa tu lumban sibaha di
toru on asa di ulbashon ompunta rna datu sayang na gaji.
3.
Tondingkon lumba Dibata di tongan on adong on rna
181
dianakon ni ompunta Dibata sinalombana dijajang dijuajua ni ampunta alok naga siampa bungo na di taya-taya ni
ompunta datu guru paunungpi di Portibi suan-suanan ni ompunta datu nabit suraya niatopak mangintubusiton rura
huta lobu Simaninggir julu na maijojak di munggu-munggu
margorar Naga situmin dangsi Portibi na marurathon tumbaga holing.
4.
Naga sirumapot di Portibi na mardusurhon naga sumalungdung di hahasa na marbatanghon na silumidang-lidang
na marlaklahi on rna tau simandahopi na mardangkahon na
gumopi desa na uluna marranting sarasarana na marbulungkon pilo-pilo na marbungahon bunga perok, na marmutikon
giring-giring na marborashon na simanjadihon poroman ni
pagarahon niugmu dosna Dibata siasi.
5.
Asa turun rna hamu Dibata diatas rna naghe maha Dibata di toru humundul rna hamu Dibata di tonga mangadop
rna hamu Dibata Purba Desa asa bangun rna hamu ale unang
na gurunghu Dibata dalom Portibi. Diparanak Dibata mulana Dibata mula ni siparanakon Dibata mula nangnang Dibata mula diparanak Dibata mula ningning diparanak Dibata
mula ungla Dibata mula ungli diparanak Dibata mula morta
Dibata mula morti diparanak Debata mula titih Dibata, mula susur diparanah Dibata mula himpal Dibata, mula ganah
diparanah Dibata mala mopu Dibata mula ganah diparanah
Dibata mula diham Dibata mula tembe diparanah Dibata.
6.
Mula laho Dibata, mula pitu Dibata Dibata, mulo songti asa songta songti do au na murmang-mang rna marhuputusson humontasi tampa hupani unte na tolu marsada inaon
na so tandi mararatan di maranami jolma manusia on. Ia
hubahon hopar diungton dipara diungton, dipera au sumi-
ungton disijungjungton sijunjungton di sipaho-paho hupapahut dihalang ulu dipasande.
7.
Di tiang togu soto patogu baritangku anngki nari na
mur mangmang murhontas ontason hoporton, dung porton,
dung pe bora au tumon dungi hatoto pa hototogu IJi na hupangarion na ulang mana ulang na botima na boti adong do
mara sabat nihalayon pasatang pataridahon ma parmaraan
parbudian ditampun niunte manih mandege raja on ma
anghat ma ho tu dalan pangaluguton mangalumpat ma ho tu
dusosa muda ra mangumbur ma ho tubuaya si manangkap
bolut lalu tu tu porganggu wanturu ma mi siganjang marsuah tu sinantang.
8.
Harat marlalu ho tu ruma ni ulok naga sunomba tuwa
tu portibi harom tu ruma ni hosuk marudur udur e santabi
doba na botanna botimana ulang angkon partanda na ni
hatotoga hatoto gudoang hinarian asro padatang pataridahon sanga manantandon hape ulang balang natinasan ni
hala on di halah laki na martua sanga na mamasu-masu do
pagarron didadaboru na marharatan na datang paridahon ma
anghi nariditam ni anagang terman ih mandege raja on.
9.
Mangankat ma ho tu na lau ya119 sonta mangalumpat
ma ho tu na lau yang sonti mangambur ma ho tu na lau
yang bo ran mangunsandar ma ho di bona ni bargot sisunsang bona hundul ma ho di urat ni hayuara baringin tumbu
tua marsitiop ma ho di gala-gala marmutik, marsilaung ma
ho di harambir marboras lalu ho tu ruma ni lihio langlu ma
yang tutoras tunggalu singalaut di gorap ni unte on suasa
(yang) di langit, suasa (yang) di portibi pu ma tang ho tampuk ni unte tubuan te payung suasa di langit turjabat ma au
di na uli tur sorang di na denggan ningmu doman dibaba
183
siasa.
10. Asa umadanin to ra ni parhontas unte ale amang baberengku iya adong do na dilantoshon ulang ba panghelahon
hamu tulangmu satumanalom tua ni aji dongan.
porganggu
ruma ni silanja
sigantang
buaya sumaba
porti bosa
dalan pangalusutan
susos
buaya
uyang sangta
uyang songti uyang borana rumanihali
bargot
urat ni hayu
gala-gala
haram
toras
11
sfd 25
184
TERJEMAHAN PUSTAHA LAKLAK
( I DAN II )
1.
Jeruklah yang dimanterai sebagai pagar (jimat) yang
kuat untuk melindungi kampung dan sanggup memberitahukan sesuatu yang hendak membuat onar tapi bukan
kemuliaan atau kebahagiaan. Seraya turun Dewa yang di
atas langit menunggulah Dewa di bawah bumi duduklah
Dewa yang di tengah, menghadap ke timurlah Dewa di desa
yang terasing, yaitu guruku. Di dunia ini Dewa Mula Jadi.
Kalau satu diperanak Dibata (Dewa), kalau dua Dibata, kalau tiga diperanak Dibata, kalau empat Dibata.
2.
Kalau lima diperanak Dibata, kalau enam Dibata, kalau tujuh Dibata kalau songta (delapan?) Dibata kalau
songsi (sembilan ?) atau delapan puluh sembilan engkau
bukanlah guruku seorang guru yang disEmbah aji yang diajarkan guru atau ilmu yang telah diajarkan guru yang bertimpa-tirnpa. Jangan hilang dan jangan keliru yang telah
mengecilkan, dan mengeringkan tampuk limau, yang mengapatiskan raja ini, dan inilah yang ditimang nenek datu,
guru yang menjawab semua pertanyaan dari segala ilmu
dalam pengetahuan Dibata (Dewa) di kebun sibaha di bawah
(dunia) yang disemburkan nenek Datu yang membuat aji.
3.
Tinggalkan ilmu Dibata di bawah ke ilmu Dibata di
185
tengah ini. Ada yang diciptakan/diperanakkan Nenek Dibata yang diperlombakan dipujuk dan disayangi nenek
ular naga yang mel ingkar bagai bunga yang bersusun yang
ditempa datu guru yang bersemayam di Portibi tanamtanaman nenek k ita.
D2tu kain suraya yang tumbuh ditumbuhkan di rawa desa
yang ditinggal di Simaninggir hulu tempat menjejakkan kaki
di Munggu-Munggu bergelar Naga Situmindang si Portibi
yang berakarkan tembagakuning Naga yang berbisa di
Portibi.
4.
Yang menjalarkan Naga Simalungdung di bawah batang
yang lurus yang bersuamikan yang pandai memeluk, dan
bercabang sampai ke desa-desa kepalanya beranting, dan
ujung ranting berdaun pilo-pilo, bunganya seperti perak
yang berputikkan genta, yang menggunakan beras yang
bertuah, pengeraman yang memanaskan, katamu Dibata
yang pengasih.
5.
Segera turunlah Debata yang di atas mendengar, Debata yang Agung, duduk di bawah di singgasana, d i tengah
menghadap Debata ke arah Timur Desa, segera bangunlah
kamu yang kusayangi janganlah guruku Dibata dalam Portibi (dunia). Diperanak Debata, asalnya Debata, permulaan
diperanakkan Debata kalau nampak jelas Debata, kalau diperanak Debata, kalau ningning diperanak Debata, kalau
ungla Dibata kalau ungli diperanak Debata kalau morta
Debata, kalau morti d iperanak Debata kalau titih Debata,
kalau susur diperanak Debata, ka lau padat Debata, kalau
ganah d iperanak Debata, kalau mopu Dibata, kalau ganah
Debata kalau tikam Dibata, kalau tembe diperanak Debata,
kalau pergi Debata, kalau tujuh Debata.
.
Kalau songta Dibata kalau songti atau songa-songti aku
dan mak in jelas kuputskan ini saja sebagai upah jeruk tiga
setangkai (tiga seibu) yang tidak terelakkan dan dielakkan
bahaya kami manusia dalam kemanusiaan. Yang dikupas
sampah terapung di air tergenang, di atas tergenang diperahu
sumington, di kepala, di tunggul-tunggul kukuatkan, di bantal disandar.
7.
Tepat di tiang tengah
memperkuat doaku tak lerna
lagi makin jelas bergaya yang dikupas yang kesat, setelah
kesat, setelah bora aku tumon, setelah kutahu dan kuperbuat yang kupagari ini janganlah, jangan begitu, yang begitu
ada bahaya yang akan membuktikan dan menunjukkan
bahaya, yang mengobati (berbudi) di ranting limau manis
memijak raja ini yang mengangkat engkau perkumpulan
melompatkan engkau ke bencah, tapi kalau engkau mau
melompatkan engkau ke buaya yang menangkap belut,
sampai ke tempat (mengganggu) semut kata si Ganjang
marsusah pada Sinantang.
8.
Berkarat sampai ke rumah naga yang telah tua ( Naga
bertuah ) ke dunia haram, ke rumah kesusahan berbaris -
baris sembah sujud, jangan tunjukkan keingkaran yang
sudah, supaya masa datang ditunjukkan atau menimang,
jangan lakukan bisa kala pada lelaki yang berilrn.J, atau pada
yang mengupah-upah dipagari atau pada perempuan yang
berumur yang mendatangkan/menunjukkan yang sengscra
memijak raja ini.
9.
Mengangkatlah engkau, seraya sonta, melompatlah
engkau seraya sonti, dan melompatlah engkau seraya bersandar pada batang enau menantang arus walaupun duduk
di akar beringin bertuah berpegang engkau pada buah gala-
gala yang muda. Berteduhlah engkau di bawah kelapa keras, sampai engkau ke rumah terlindung (asing) ke teras s~
ngalaut, dipangkal jeruk suasa (perak). Suasa di langit
suasa di bumi, di badanmu tampuk jeruk tempat tumbuh
payung suasa di lcr~git, sampai aku bahagia waktu lahir dengan baik katamu kawan Dibata yang mulai.
10. Kunasehati engkau parhontas jeruk, ya menantuku,
apabila ada yang dirasakan jangan sembunyikan/lupakan
mertua yang memberkahi ilmu kawan.
pengganggu
tempat tinggal silanja
Sigantang
buaya tunggal
porti bosa
jalan kematian
susos
buaya
uyang songta
uyang songti uyang borna rumanihali
en au
akar kayu
gal a-gala
haram
teras
11 . Dengan nama Allah yang pengasih lagi penyayang,
barang siapa orang yang syah memagar dirinya,ilmu bathin
yang kuasa dilumpuhkan · pagar diri batin yang kuasa.
Lumpuhkan ilmu batin orang, lumpuhkan ilmu batin begu
(hantu), lumpuhkan ramuan orang, lumpuhkan ramuan
hantu, lumpuhkan hantu-hantu manusia, lumpuhkan ilmu
batin hantu, hancurkan pagar (jimat) ilmu batin yang keras,
lumpuhkan belakang bagian timur, lumpuhkan belakang
bagian utara, lumpuhkan belakang bagian selatan, lumpuh
kan ilmu batin yang kuat, lumpuhkan yang membuat pe-
nyakit orang, lumpuhkan pengobati, penyakit hantu.
lumpuh!<an penyakit di ekor, lumpuhkan penyakit wan ita,
lumpuhkan anak durhaka orang, lumpuhkan anak durhaka
hantu, lumpuhkan pagar pertahanan ilm.J batin yang kuat.
12. Lumpuhkan yang mengobatinya, gelisah hulubalang
orang. Lumpuhkan orang tua (pelindung) orang, lumpuhkan penawar penyebab marah orang. Lumpuhkan penawar
7 turunan, lumpuhkan penawar si nenek marah orang,
lumpuhkan penawar si nenek bu rung, lumpuhkan miang
lalang orang, lumpuhkan si runtuhkan gunung, lumpuhkan
penawar api, yang marak, lumpuhkan segala penyakit
hulubalang orang.
Dilumpuhkan pagar ilm.J batin yang
kuat, lumpuhkan penawar rindu ke kampung (rumah),
lumpuhkan pembuat rindu orang.
13. Lumpuhkan penawar bangkai orang, lumpuhkan
pagar ilmu batin yang kuat, tumpuhkan penawar/ pertahanan hulubalang yang diperkatakan pangkal pembicaraan
orang, sedang tanah dilumpuhkan pertahanan ilmu batin
yang kuat, sedang batu dilumpuhkan ilm.J batin yang
tertua dan kuat, engkau telah disihir ( diaji ) orang, ilmu
jahat yang dibuat begu ( hantu ). Dilumpuhkan pagar
( jimat ) yang kuat, lumpuhkan pemisah (sirang - sioog ) ,
pemecah piring kecil, lumpuhkan pembelah langit orang,
lumpuhkan pemisah yang membelah embun orang.
14. Dengan noma Allah yang pengasih lagi penyayang, kata
puja-puji kata All<tl, kata Muhammad, kata Baginda pesuruh, tiada Tuhan melainkan All<tl.
15. Dengan nama Allctl yang pengasih lagi penyayang,
hati cucuku raja si anak Rasullul lah ambilkan Jau katuju
pataran ti~kap pataran tingkap paken diken pangkun
diken pengkomatkan mematikan panyobangda kalia"l
nyanyo akan dapati kolam di lihat sanggabu, bunuh dipijak diangkat pada enggarg kutempangkan suaraku bayanganku pada harimau jantan, aku seperti kepiting tunggal belalai besar di tiang, dipandang segala ser boleh nanan,
kukilir-kilirkan, yang berbudi namanya, yang berkata
lembut seperti anak si Dasari yang terbang siang namaku.
16. E ngkau hanya segala, seperti kunang-kunang di atas
bumi yang diiringi gajah, tiada berkata dan menyapa,
yang berbahagia dan berbudi namanya, yang beradat di
kampung, di tempat asal engkau semula. Engkau dari darah putih, ada riba pada mulanya, darah merah
dari ibumu, darah hitam asal mulamu, aku asal mulamu jadi.
Himtu menggoda ke sana ke mari, asal mu lamu jadi getah
raru yang hitam, darah bercampur darah, darah berpadu
menjadi-jadi, jadi getah darah, dari situlah asal mula engkau
dijadikan bapak, jangan ibumu di atas tikar, tempat tidur
diwaktu hamil ibu, jangan bapakmu di dalam kelambu, engkau segala serta lawanku yang senasib berdiri di atas bumi,
di bawah langit yang menegur sapa namorja angja anoen
yang berbudi namanya.
17. Di kampung yang beradat aku seperti anak Sidasari di
Sigayang siang namaku. Boleh aku diasal mulamu jadi,
sampailah engkau semalam dua malam, tiga malam, empat
malam, lima malam, enam malam, tujuh malam, delapan
malam, sembilan malam, sepuluh malam, sebelas malam,
tigabelas malam, empat belas malam, limabelas malam,
enam belas malam, tujuh belas malam, sampe delapan belas
malam, sembilan belas malam engkau, duapuluh malam dija
dikan ibu, jangan bapakmu sampai engkau sebulan digandeng ibu. Jangan bapakmu Rasu llullah mengatakan nama
sampai engkau dua bulan, itulah namamu Daramangara
Sampela, engkau tiga bulan itulah namamu, hanya engkau
sampai empat bulan, itulah namamu lrokolom. Sampailah
engkau lima bulan, itulah namamu si Tikar, sampai engkau
enam bulan, sampailah engkau tujuh bulan, tumbuhlah
limpa, rabu, boja tuwong, boatila.
19. Sampai engkau delapan bulan engkau berjari, berkuku,
sampai engkau sembilan bulan. Maka bernyawalah engkau,
sampai engkau sepuluh bulan, sebelas bulan dikand.mg ibu
bukan bapakmu, maka keluarlah engkau dari dalam kelambu menempuh pintu kembali mengandungkan ibu. Jangan
bapamu, engkau, aku seperti anak Sidasari di Silayang siang
namaku, seperti matahari tujuh gunung ( bukit ) tentang
bukit Solo bukit liang bukit pun jadi engkau, aku seperti
matahari tengah hari, engkau seperti matahari tebia pumarna raya, maka ada Solo, bukit liang terpandadi engkau,
isi gunung lepas ranting.
20. Ting Sigundurun, buka anak orang dungu, engkau yang
dihidupkan, lebih baik dibawa jalanan, dibawa jalanan di
atas bumi tak ada yang menegur sapa yang berbudi, kau
bangsawan engkau yang menganiaya aku seperti anak anjing di bukit menggonggong bukit Gonagontom, tulang
belulang, benak, hati, jantung, limpa, paru-paru ulu hatinya
mendengar kataku, lalu mendengar suara tapak kakinya,
karena aku jaga.
21. Berkat doaku memakai aji yang sakti, kupagar cuca
hyaing manusia, berkatkan Allah, berkatkan Nabi diberkatkan Muhammad Baginda Rasulullah lailahaillalah, kabul
1diguru, tajam di aku, ditajamkan Allah, ditajamkan Nabi,
ditajamkan Muhammad Baginda Rasulullah ilahaillal lahu.
22. Ia pada ji yang sakti, dipagar susah manusia la parsiratan pada kawan atau kita suruh berguling di hutan, lepaskan seluruhnya kawan dayan lumut ramuannya, kita yang
ditolakkan yang sakit ya kawan.
23. Kita menjadikan jala-jala orang di dalam laut atau kita
suruh Nalung mastiti, buah jeruk kecil tujuh macam, akar
sanggul (sejenis tumbuhan yang harum baunya) segala jenisnya dan selengkapnya dan di suruh buat tali pengikat jalajala, jairango yang tidak berd~un , itulah ramuannya. Kita
suruh pada perempuan yang tak pernah memangku, terjolok aku tuba. Kita persembahkan sirih, itulah anak bangsawan yang memilik tanah kami, bagian dalam dengan hantu yang ganas, bersama guru yang dipergurukan, ya dengan
guru kita yang beranakkan, susah ia meminta lawan kita,
meminta bisa (racun).
24. Meminta tabas, meminta dijaga, meminta dengan baik
yang menyenangkan sudah kita suruh rebus nanti supaya
di~o'a. Setelah dimanterai kita suruh minum berulang-ulang
oleh anaknya yang kena penyakit itu. Ampasnya kita suruh
simpan pada dukun, padanya kita suruh sisip disanggulnya,
bertambahlah ramuan kita itu. Selain itu
harus ditambah lagi pinang tunggal, jairango, <;laun jahe dan kunyit
seperti roda.
25. Kunyit yang seperti roda dijemur, garam, jahe, tuak di
dalam guci, itak poltuk, sube-sube pitolgang, daun sirih
yang kembang, sampai dimana kepandaiannya, sampai kita
kerumpun kunyit yang berbunga. Terimalah sirih yang
kembang ditempatnya, serta makanan yang kita bawa supaya dikepulkan asap rokok, kemudian digendangi (didoakan). Semua memohon dilaga, meminta racun, meminta
jaga, meminta tabas bahaya, segera bahaya hilang, memohon
tabas yang sudah lemah, tak ada kekuatan meminta rezeki
yang baik dan membahagiakan pada kita seluruhnya.
Dalam kehadiran kita itu setuju atau tidak setuju, harus
setuju supaya diambil, ya setuju ya, supaya kita ambil yang
kita rindukan, dan kita bawa ke rumah kemudian kita buat
sesuka hati kita kemudian kita rebus bersama ampas tadi.
Kalau sudah kita rebus, kembangkan pula daun sirih sebagai tanda penyerahan. Kemudian kita minta kembali berlaga dengan bisa. Jaga dengan tabas yang baik supaya kita
jangan kena dengan bendera-bendera orang yang baru mati
sehari ya, dukun kami.
Demikianlah dulu penjaga doa supaya jangan susah manusia
ini, tapi masih ada lagi yang tersirat, belum diberitahukan
guru kita ya, kawan bayoangin yang muda remaja.
1Mencari benda-benda yang hilang
1.
Untuk mengatakan pada waktu datang penyakit apa
saja, pertama : jika kehilangan harta kita cari ke timur, pada tanggal satu, binatangnya harimau. Jika harta hilang,
dukun mencari benda itu akan disembunyikan pada
dawatunak ia bertanjung kebajikan musuh, di situ tempat
jejak, sehari panghulubalang
(hantu~menimbulkan
penyakit
4 tunggara.
Jika hari kedua
harta hilang akan
disembunyikan di bawah pohon kayu. Jika musuh, disitu tempatnya. Jika sakit putri bangsawan pemilik tanah, hendaknya ditolak dengan siriok dan c;etangkai bunga saka.
2.
Selatan, maksudnya jika harta hilang, a~n disimpan
di tepian, jika musuh di situ tempatnya. Jika engkau sakit
janalang tanah\o.PV"hendaklah diberi nasi segenggam pada
kucing.
Barat Daya, artinya jika hari keempat, harta hilang, akan
disembunyikan orang pada kolam '=/ di bawah kayu-;:/robah, jika musuh disitu tempatny; ._:/ mencari ~ rangkihir. Jikalau sakit jauh ladang hendaklah kita berserah diri.
3.
Jika hari ke lima harta hilang, kita cari dan akan di-
!Embunyikan pada orang muda yang mencuri, di bawah pintu tempat harta. Jika engkau sakit hantu hendaklah penyebabnya dicari ke barat taut. Jika hari ke enam penyakit
datang ketika matahari terbit dan sewaktu kecemasan musuh maka di situ sembarang penyakit tak tertulak dan pada
ubun-ubun gajah.
Utara, jika hari ke tujuh, hampir tengah hari, kita merasa
kecemasan karena harta hilang, maka disembunyikannya
di dalam tanah, musuh di situ juga. Tampar hoji kesakitan malaikat -: .:::;,./ mati memberi sakit. Timur laut. Hari kedelapan, hampir tengah hari (menjelang zuhur) kita kecemasan karma harta hilang. Disimpannya pada ujung bukit,
jika musuh, di situ tempatnya harta itu tua layan i yang
mencuri engkau, engkau sembunyikan.
Ia lalang ni ariro
manisbismu
bermasori
kala
jangta ino ale
Ia manis ni ari jangta inon ya,
pada kami, dan manis berkata-kata, berjalan ke benua
orang manis pembicaraan ki·
ta.
Telah dipertemukan orang kaya, jangan engkau mau
ributnya.


0 Response to "Mengungkap Pustaha Laklak Mandailing: Warisan Leluhur yang Terlupakan, Ada Allah dan Muhammad"
Post a Comment