Featured post

Harian Asia Raya Memberitakan Janji Jepang untuk Kemerdekaan Indonesia, 1944

ASIA - RAYA ||   Waktu: September 1944 Tempat: Tokoh: Peristiwa: Harian Asia Raya terbitan 8 September 2604 (=1944) memberitakan janji...

Jejak Berdarah Genosida Palestina dari 1937 hingga 2025

Sejarah Palestina tidak bisa dilepaskan dari rentetan tragedi berdarah yang menimpa warganya sejak awal abad ke-20. Dari Haifa hingga Gaza, dari desa kecil seperti Deir Yassin hingga kamp pengungsi Jenin, catatan tentang pembantaian menjadi saksi bisu penderitaan panjang rakyat Palestina. Deretan peristiwa ini menunjukkan pola kekerasan sistematis yang menyertai proyek kolonialisme di tanah yang mereka sebut sebagai rumah.

Tahun 1937 menjadi awal dari rentetan besar pembantaian modern di Palestina. Haifa dan Yerusalem menjadi lokasi tragedi yang mencatatkan kematian warga sipil tak berdosa. Dua peristiwa ini terjadi di tengah pemberontakan Arab melawan Mandat Inggris dan imigrasi besar-besaran Yahudi ke Palestina. Sejak titik itu, kekerasan terorganisir mulai menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Dua tahun kemudian, pada 1939, terjadi pembantaian di Balad al-Sheikh dan Haifa. Warga desa yang tak memiliki perlindungan menjadi korban kelompok bersenjata. Peristiwa ini mengguncang masyarakat Palestina, sekaligus menegaskan bahwa konflik yang sedang berkembang bukan hanya soal politik, tetapi juga soal eksistensi.

Memasuki tahun 1947, menjelang berakhirnya Mandat Inggris, situasi semakin memburuk. Massacre di Abbasiya, Al-Khisas, Bab al-Amud, Yerusalem, dan Sheikh Burek menjadi bukti nyata. Ketegangan antar komunitas meledak dalam bentuk serangan langsung terhadap warga sipil. Kejadian-kejadian ini memperkuat rasa takut sekaligus memicu eksodus sebagian warga.

Tahun 1948 menjadi tahun paling kelam dalam sejarah Palestina. Dari Jaffa hingga Deir Yassin, dari Ramla hingga Lydda, lebih dari 30 pembantaian terjadi dalam waktu singkat. Desa demi desa disapu bersih, rumah-rumah dibakar, dan ribuan orang dipaksa mengungsi. Tragedi Deir Yassin, khususnya, menjadi simbol betapa brutalnya operasi milisi Zionis dalam menciptakan fakta demografis baru.

Di Abu Shusha, Tantura, dan Saliha, ratusan warga sipil dibantai. Sementara di Al-Dawayima, jumlah korban mencapai ribuan. Di kampung kecil seperti Nasir al-Din dan Ayn al-Zaytoun, pembantaian tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menghapus jejak sejarah komunitas yang telah hidup turun-temurun. Semua ini terjadi di bawah bayang-bayang Nakba, bencana besar yang membuat lebih dari 700 ribu warga Palestina terusir dari tanah mereka.

Tragedi tidak berhenti pada 1948. Tahun 1953, Qibya menjadi saksi serangan brutal yang menewaskan puluhan warga desa. Tiga tahun kemudian, Khan Yunis menyaksikan pembantaian serupa dengan ratusan korban jiwa. Tahun 1967, ketika Perang Enam Hari pecah, Yerusalem kembali berlumuran darah.

Memasuki dekade 1970-an, tragedi berpindah ke luar Palestina. Tahun 1972, Mesir diguncang Bahro al-Baqar Massacre, ketika sekolah anak-anak dibom hingga menewaskan puluhan murid. Tahun 1982, Sabra dan Shatila menjadi simbol paling kelam dari kolaborasi milisi dan tentara pendudukan, dengan ribuan pengungsi Palestina dibantai di Lebanon.

Dekade 1990-an juga tidak kalah mencekam. Tahun 1990, Al-Aqsa Mosque Massacre menewaskan puluhan jemaah yang sedang beribadah. Empat tahun kemudian, dunia dikejutkan dengan Ibrahimi Mosque Massacre di Hebron, ketika seorang ekstremis Yahudi menembaki jamaah salat Subuh. Insiden ini mempertebal luka sekaligus menunjukkan kerentanan tempat-tempat suci.

Awal 2000-an, Jenin Refugee Camp Massacre pada 2002 kembali memperlihatkan kebrutalan operasi militer. Puluhan warga sipil, termasuk anak-anak, menjadi korban. Dunia mengecam, tetapi Israel tetap melanjutkan operasi dengan dalih keamanan.

Sejak 2008, Gaza menjadi pusat rentetan pembantaian. Tahun 2008, 2009, 2012, dan 2014, agresi militer besar-besaran menghancurkan rumah, sekolah, dan rumah sakit. Korban ribuan jiwa tercatat, mayoritas adalah warga sipil. Dunia menyaksikan, tetapi tidak ada langkah efektif untuk menghentikan tragedi.

Pada 2018 dan 2019, Gaza Border Massacre terjadi ketika ribuan warga sipil menggelar protes damai di pagar perbatasan. Peluru tajam dilepaskan, menewaskan ratusan orang termasuk anak-anak dan paramedis. Peristiwa ini menegaskan bahwa bahkan protes tanpa senjata pun dianggap ancaman yang harus ditumpas.

Tahun 2021, Gaza kembali terguncang dengan Wehda Street Massacre. Rumah-rumah hancur rata, satu keluarga bisa lenyap hanya dalam satu malam. Tragedi ini menjadi saksi bisu bagaimana kawasan padat penduduk menjadi sasaran bom berdaya ledak tinggi.

Tahun 2022, Gaza Massacre kembali terjadi. Sementara pada 2023, Jenin Refugee Camp kembali dibanjiri darah. Tahun yang sama, dua istilah baru muncul: Gaza Genocide 2023 dan Gaza Genocide 2024. Bukan hanya sekadar pembantaian, tetapi skala kehancuran yang digambarkan sebagai genosida.

Tahun 2025, daftar panjang itu bertambah lagi dengan sebutan Gaza Genocide. Ribuan nyawa hilang dalam waktu singkat, dunia internasional semakin terpecah antara kecaman dan pembiaran. Palestina sekali lagi membayar harga mahal atas impian kebebasannya.

Dari 1937 hingga 2025, lebih dari lima puluh pembantaian tercatat menimpa rakyat Palestina. Nama-nama tempat itu menjadi simbol penderitaan: Haifa, Jaffa, Deir Yassin, Sabra, Shatila, Jenin, hingga Gaza. Semua itu membentuk sejarah luka yang terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Relevansi daftar panjang tragedi ini bukan hanya untuk mengenang, tetapi juga untuk mengingatkan dunia bahwa keadilan belum ditegakkan. Setiap pembantaian yang tidak diadili menambah ruang bagi pembantaian berikutnya.

Dunia internasional sering kali terjebak dalam pernyataan tanpa tindakan. Resolusi demi resolusi di PBB tak mampu menghentikan derita Palestina. Impunitas menjadi kenyataan pahit yang dialami warga Palestina selama hampir satu abad.

Deretan massacre ini menunjukkan bahwa konflik Palestina bukan sekadar sengketa politik, melainkan tragedi kemanusiaan yang mendalam. Sejarah mencatat, tetapi tanpa langkah nyata, penderitaan itu akan terus berulang. Rakyat Palestina masih menanti dunia yang berani bertindak, bukan hanya bersuara.

Daftar

1. The Haifa Massacre 1937


2. The Jerusalem Massacre 1937


3. The Balad al-Sheikh Massacre 1939


4. The Haifa Massacre 1939


5. The Haifa Massacre 1947


6. The Abbasiya Massacre 1947


7. The Al-Khisas Massacre 1947


8. The Bab al-Amud Massacre 1947


9. The Jerusalem Massacre 1947


10. The Sheikh Burek Massacre 1947


11. The Al-Sheik Break Massacre 1947


12. The Jaffa Massacre 1948


13. The Al-Saraya Al-Arabeya Massacre 1948


14. The Semiramis Massacre 1948


15. The Ramla Massacre 1948


16. The Yazur Massacre 1948


17. The Tabra Tulkarem Massacre 1948


18. The Jerusalem Massacre 1948


19. The Deir Yassin Massacre 1948


20. The Abu Shusha Massacre 1948


21. The Tantura Massacre 1948


22. The Lydda Massacre 1948


23. The Saliha Massacre 1948


24. The Al-Dawayima Massacre 1948


25. The Al-Husayniyya Massacre 1948


26. The Abu Kabir Massacre 1948


27. The Cairo Train Massacre, Haifa 1948


28. The Qalunya Massacre 1948


29. The Nasir Al-Din Massacre 1948


30. The Tiberias Massacre 1948


31. The Haifa Massacre 1948


32. The Ayn Al-Zaytoun Massacre
1948


33. The Safed Massacre 1948


34. The Beit Daras Massacre 1948


35. The Qibya Massacre 1953


36. The Khan Yunis Massacre 1956


37. The Jerusalem Massacre 1967


38. The Bahro Al Baquar Massacre 1972


39. The Sabra and Shatila Massacre 1982


40. The Al Aqsa Mosque Massacre 1990


41. The Ibrahimi Mosque Massacre 1994


42. The Jenin Refugee Camp Massacre 2002


43. The Gaza Massacre 2008


44. The Gaza Massacre 2009


45. The Gaza Massacre 2012


46. The Gaza Massacre 2014


47. The Gaza Border Massacre 2018


48. The Gaza Border Massacre 2019


49. The Gaza Wehda Street Massacre 2021


50. The Gaza Massacre 2022


51. The Jenin Refugee Camp Massacre 2023


52. The Gaza Genocide 2023


53. The Gaza Genocide 2024


54. The Gaza Genocide 2025


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jejak Berdarah Genosida Palestina dari 1937 hingga 2025"

Post a Comment